Jakarta (Antara) – Badan Statistik Pusat (BPS) memberikan kejelasan untuk mengikuti perbedaan dalam jumlah dunia Indonesia dan versi resmi pemerintah Indonesia.
Kepala BPS Amalia Adinalgar widyasisi mengatakan bahwa perbedaannya bukan bentuk tidak mengikuti, tetapi menyebabkan perbedaan dalam pendekatan yang digunakan dalam tugas.
“Perbedaan angka membutuhkan waktu yang besar, tetapi penting untuk dipahami bahwa keduanya tidak bertentangan bahwa garis kemiskinan garis kemiskinan dalam kemiskinan kemiskinan.
Sedikit sadar, makro-miskin outokroduksi di awal April 2025 catatan, populasi Indonesia atau sekitar 171,8 juta orang hidup di bagian bawah parsial global.
Sebaliknya, BPS National Kovery Kovery kasar pada bulan September 2024 hanya 8,57 persen, atau sekitar 2.06 juta.
Dia menjelaskan, Bank Dunia menggunakan kekuatan kekuatan (PPP) dengan tiga kriteria: 2,15 dolar AS untuk negara-negara seperti dada dada rendah seperti Indonesia.
“Tiga kemiskinan bersandar dikatakan kepada PPP dolar kami atau kekuatan kekuatan, yang merupakan metode konversi konversi kekuatan yang merupakan kekuatan yang akan dibeli antar negara,” katanya.
Jumlah dolar bukanlah nilai tukar pertukaran saat ini tetapi lebih banyak daya untuk membeli, tetapi dolar AS pada tahun 2024 setara dengan RP5.993.03 per hari per kapita.
Garis ini dihitung berdasarkan garis median kemiskinan 37 negara, bukan khusus untuk kebutuhan orang di Indonesia.
Meskipun Indonesia dalam kategori berpenghasilan tinggi (menangis pendapatan pendapatan di Earlos National National (GNI) pada tahun 2023 US 2023 di ambang batas UMID yang lebih rendah.
“Jadi, jika standar dunia dilakukan, menghasilkan banyak orang miskin,” kata Amalia.
Di sisi lain menghitung BPS garis kemiskinan dengan biaya kebutuhan dasar (CBN) -Methead mempertimbangkan populasi minimum makanan dan tidak makan.
Komponen makanan didasarkan pada dasar konsumsi minimum 2,100 kilokalori per orang sehari seperti publik, tahu, terobsesi, yang paling jujur di konsumen Indonesia.
Infeksi bukan informasi makanan untuk hak, pendidikan, kesehatan, pakaian, dan transportasi.
Selain itu, garis kemiskinan dihitung berdasarkan hasil koleksi sosial nasional Survei Sosial Nasional (Susayonomic atau Tepi Konsumen Gabungan atau Gabungan.
Pada tahun 2024 Center diadakan pada bulan Maret dengan skala 345.000 rumah tangga di seluruh Indonesia, dan pada bulan September dengan 76.310 rumah tangga.
Langkah -langkah dilakukan pada tingkat rumah, bukan individu karena pengeluaran dan konsumsi kehidupan nyata biasanya terjadi.
Oleh karena itu menghitung kemiskinan untuk BPS menghitung kebutuhan aktual orang di Indonesia.
Perhitungan dan pelepasan bps bps dilakukan secara rinci dalam berdasarkan daerah, baik provinsi maupun distrik / kota, dengan mengidentifikasi.
Pada bulan September 2024, National Line of Poverty per kapita termasuk oleh RP595.242 per bulan.
Namun, harus dicatat, konsumsi akan terjadi dalam konteks rumah tangga, bukan setiap orang. Rata -rata rumah tangga kecil berisi 4,71 anggota rumah tangga, sehingga garis kemiskinan untuk rumah tangga rata -rata Rp2.803.590 per bulan.
Jumlah ini juga berbeda dari masing -masing wilayah. Di DKI Jakarta, kemiskinan yang buruk mencapai RP4.238.88, sementara di East Nusa Tenggara RP3.102.215, dan di Lamp Rp2.821.375.375. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan harga, pola kehidupan, dan pola konsumsi lokal.
Amalia juga ingat orang tidak dapat menyederhanakan garis kemiskinan sebagai pengeluaran individu.
“Harus berhati -hati untuk membaca garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah angka rata -rata yang tidak memikirkan perilaku individu, seperti pengeluaran setiap orang,” katanya.
“Tidak perlu memikirkan seseorang dengan pendapatan RP. 20 Setiap hari tentu buruk karena dapat dilihat dari konteks semua rumah,” tambahnya.
Selain itu, ia menjelaskan untuk secara otomatis menjelaskan garis kemiskinan di atas untuk kemakmuran.
Lebih dari kelompok yang buruk, ada kelompok miskin yang lemah (lanjutkan 1,0-1,5 kali garis kutub), kelompok kelas menengah (3,5-17 kali), 3 kali), 3 kali).
Jika September 2024 mencapai kelompok Indonesia yang lemah 24,42 persen (68,51 juta) dan kelompok kelas menengah 49,29 persen (138,31 juta).
“Melalui pemahaman konsep garis kemiskinan yang tepat, kemiskinan tidak dapat diterjemahkan sesuai orang, dan itu tidak menafsirkan gaji 20 ribu setiap hari,” katanya.
Leave a Reply