Yogyakarta (Antara) – Fakultas di Fakultas di Universitas Universitas Djity Gadjah Mada (FAPAPA UGM) Sussi Paramititari mengatakan
“Dunia tidak hanya ada di sana. Itu sebabnya kita juga harus melihat pasar lain. Setidaknya kita mencoba menemukan kesenjangan pasar baru,” kata Suci pada hari Senin di kampus Fapet UGM di Sleman, Yogyakarta.
Menurut SUSI, langkah paling realistis yang dapat diambil MSME hari ini adalah lebih besar daripada pasar domestik, yang mencapai 281 juta penduduk.
Dia percaya bahwa potensi di pasar domestik yang besar harus difokuskan pada UMKM alih -alih memaksa dirinya untuk menembus pasar ekspor, yang memiliki aturan ketat, terutama dalam keamanan pangan.
Salah satu strategi terpenting yang dia tekankan adalah untuk mengkonfirmasi produk ternak yang diproses.
Menurutnya, sertifikasi tidak hanya membuka akses ke pasar yang lebih luas, seperti pasar minimum dan supermarket, tetapi juga bukti bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi.
“Sertifikasi untuk mereka (UMKM), sehingga mereka dapat terus ada. Sekarang pasar minimum telah diselesaikan sehingga mereka datang ke sana, setidaknya mereka memiliki sertifikat,” katanya.
Dia menyebutkan bahwa peternakan ternak olahan yang memiliki potensi besar untuk pengembangan saat ini adalah produk susu.
Namun, MSME juga harus dapat menunjukkan produk unik mereka yang dapat bersaing dengan produsen besar.
“Tunjukkan produk unik untuk menjadi berbeda,” Home “. Sekarang banyak anak muda menghormati produk lokal. Ini adalah celah yang dapat digunakan,” katanya.
Tetapi Sudi mengakui bahwa masih ada banyak tantangan untuk mendorong sertifikasi antara UMKM tentang produk ternak, seperti kurangnya pemahaman tentang pentingnya sertifikasi, biaya proses yang tidak murah, serta informasi yang terbatas dan bantuan teknis.
“Mikro -Businessmen di sektor produksi untuk proses ternak masih tidak ingin mengurus sertifikasi karena kurangnya informasi dan bantuan.
Dia juga menekankan produk produsen skala besar, seperti pesaing paling penting untuk UMKM, lebih efisien dalam produksi dan memiliki akses ke bahan baku impor dengan harga lebih murah.
Akibatnya, penangguhan mendorong asosiasi dan operator bisnis untuk menetapkan harga yang wajar untuk pasar.
“Kami harus menetapkan harga yang berguna bagi konsumen dan bisnis.
Profesor Saci berharap bahwa UMKM akan dapat bergerak di sekitar kelas dengan meningkatkan kualitas produk, sertifikasi, dan strategi branding.
“Saya mungkin belum berbicara tentang ekspor. Tetapi setidaknya ketika produk impor datang, kami siap dengan kekuatan kami sendiri di pasar lokal,” katanya.
Kepala Departemen Laboratorium Sosial Agrobibusis Laboratorium -Copet UGM Prof. Tiga Anggraens Kusumastuti menekankan bahwa sertifikasi produk bukan hanya formalitas administratif.
Menurutnya, sertifikasi adalah bentuk komitmen terhadap standar kualitas dan menjadi pintu bagi pasar yang lebih luas, termasuk ekspor.
“Produsen yang ingin memperluas pangsa pasar mereka dapat memberikan sertifikasi produk sebagai syarat untuk pemasaran,” katanya.
Leave a Reply