Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Pentingnya pebisnis pahami budaya kepatuhan dan sistem deteksi risiko

Jakarta (Antara) -MaIDST Dinamika tercepat di dunia, perusahaan Indonesia menghadapi persyaratan baru yang tidak lagi dapat diabaikan, yaitu pembangunan budaya kepatuhan dan manajemen risiko, sesuai dengan standar internasional.

Kepatuhan sekarang tidak hanya kepatuhan administratif atau dokumen, tetapi juga merupakan bagian integral dari strategi bisnis untuk memastikan daya tahan, kredibilitas, dan daya saing di pasar global.

Tekanan regulasi global semakin jelas. Undang-undang seperti Undang-Undang Praktik Korupsi Asing dan undang-undang tentang pencegahan pemerasan dari Amerika Serikat, serta peraturan serupa dari mitra ritel lainnya, mencapai negara-negara lintas batas dan tidak membedakan antara perusahaan lokal atau multinasional.

Dalam konteks ini, asumsi yang tidak secara langsung terkait dengan Amerika Serikat berarti bahwa mereka sangat berbahaya tanpa konsekuensi hukum.

Perusahaan Indonesia juga terpengaruh, terutama yang terlibat dalam perdagangan dengan negara -negara nasional dan harus mulai beradaptasi dengan standar internasional.

Tekanan internasional mengharuskan bisnis untuk membangun sistem manajemen yang kuat dan transparan.

Pertemuan Standar Global sangat penting untuk kelancaran pengoperasian bisnis dan mempertahankan kepercayaan di pasar internasional.

Wendy Wysong, mitra di Stepte Hong Kong, pernah menekankan bahwa kepatuhan terhadap hukum internasional bukanlah peluang, tetapi prasyarat mutlak untuk mempertahankan keberadaan di pasar global yang semakin sengit.

Tantangan ini mengharuskan mereka diubah menjadi tubuh perusahaan.

Kepemimpinan perusahaan mensyaratkan tidak hanya untuk memahami peraturan, tetapi juga untuk membangun sistem dan budaya organisasi berdasarkan integritas dan akuntabilitas.

Sebagai Dr. Laode M. Syarif, mantan komisaris PKC, mengingat bahwa manajemen berbasis integritas bukan hanya lukisan formalistik.

Implementasi kebijakan anti-korupsi harus menjadi semangat yang mendukung seluruh proses bisnis, dari pengambilan keputusan strategis hingga bisnis sehari-hari.

Ada kosong

Kenyataan bahwa konflik kepentingan belum secara eksplisit didefinisikan dalam banyak peraturan di Indonesia menunjukkan bahwa masih ada celah besar yang dapat menenggelamkan bisnis untuk reputasi dan hukum.

Marchi Darusman, seorang konsultan senior di Moore Rowland Indonesia, menekankan bahwa kurangnya kejelasan definisi ini telah menjadi hambatan serius bagi pembangunan sistem anti-korupsi yang efektif.

Di dunia bisnis, semakin terkait dengan pasar global, ambiguitas ini tidak hanya internal yang berbahaya, tetapi juga merusak posisi perusahaan Indonesia di mata mitra internasional, yang mendukung transparansi.

Selain itu, manajemen risiko tidak dapat lagi ditempatkan sebagai unit reaktif yang terpisah. Itu harus dimasukkan dalam jantung strategi bisnis.

Manajemen risiko harus terlibat dalam strategi bisnis. Peraturan global terus berkembang bersama dengan dinamika geopolitik dan kemajuan teknologi.

Oleh karena itu, perusahaan harus tetap terampil dan terus memperbarui pengetahuannya sehingga tidak harus pergi. Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan membutuhkan pedoman dan dukungan konkret.

Direktur manajemen audit internal di dalam dan antara, Ahmad Hadayat, MBA, telah menyatakan bahwa kepatuhan harus dianggap sebagai strategi bisnis itu sendiri, bukan hanya suplementasi administratif.

Melihat konsistensi sebagai bagian dari upaya untuk mempertahankan daya tahan bisnis membawa perubahan mendasar dalam perspektif.

Ini membutuhkan investasi serius dalam pembangunan sistem deteksi dini untuk risiko hukum, finansial, dan terkemuka.

Ancaman ketidakkonsistenan tidak lagi hipotetis. Biaya pertahanan untuk tuduhan korupsi atau pelanggaran hukum internasional seringkali jauh lebih tinggi daripada biaya pencegahan.

Atau Burney, seorang mitra di Stepte Hong Kong, ingat bahwa mekanisme deteksi dan pelaporan yang kuat bukan hanya untuk menghindari hukuman, tetapi untuk melindungi kekuatan keuangan dan daya tahan operasional perusahaan itu sendiri.

Hati nurani ini penting karena dalam krisis usia saat ini Anda dapat menghancurkan nilai perusahaan dalam beberapa hari.

Kepatuhan proaktif

Kepatuhan proaktif harus benar -benar ditetapkan sebagai investasi bernilai tinggi.

Perusahaan yang menetapkan etika dan transparansi sebagai fondasi utama tidak hanya meningkatkan reputasi mereka di mata pasar dan regulator, tetapi juga membuka peluang untuk membangun kemitraan internasional yang lebih luas.

Laporan ini merupakan keuntungan strategis, yang berharga sebagai inovasi produk atau kekuatan keuangan.

Dalam konteks ini, kerja sama antara Dewan Bisnis dan Otoritas Negara sangat penting.

Mantan pemimpin PACA Yunus Husein pernah menekankan bahwa kepatuhan keuangan dan pencucian uang hanya dapat dilakukan jika ada sinergi antara regulator dan aktor bisnis.

Kerja sama ini menjadi benteng pertahanan kolektif terhadap ancaman yang timbul dari kesenjangan peraturan dan kelemahan internal.

Jika kita melihat dinamika ini, jelas bahwa tantangan kepatuhan dan manajemen risiko tidak tunduk pada aliran global yang mengikuti, tetapi dengan keberanian untuk mereformasi secara mendalam.

Perusahaan -perusahaan Indonesia harus mengubah paradigma mereka, dari yang selamat hanya dalam peraturan kepada para perintis dalam pembangunan standar manajemen yang lebih tinggi.

Dewan Bisnis tidak dapat lagi beradaptasi, tetapi harus mengarah pada penciptaan budaya bisnis yang mendukung nilai -nilai etis.

Di dunia di mana reputasi adalah objek yang paling berharga, kepatuhan dan manajemen risiko bukan hanya kewajiban legalistik, tetapi inti dari nilai -nilai kompetitif.

Masa depan dunia bisnis Indonesia tergantung pada keberanian para pemimpinnya untuk memahami bahwa untuk setiap aturan global yang ketat, peluang tersembunyi untuk pembangunan manfaat yang berkelanjutan dan dihormati di kancah dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *