JAKACARTA (Antara) – Museum Boneka di Kota Tua, Jakacarta, sekarang menjadi Tampa dengan wajah baru museum yang dilengkapi dengan kamar submersible dan teknologi informasi baru.
Kepala Unit Manajemen Seni Seni Budaya Jakacarta, Sri Kusumavati, menjelaskan bahwa perubahan tersebut tidak terbatas pada penambahan perendaman, tetapi juga peningkatan komprehensif dalam bangunan yang merupakan warisan budaya.
“Sekarang ada dua bangunan, lama dan baru. Di gedung lama kami memutuskan untuk melepaskan dinding dan mengembalikan elemen asli bangunan ini, yang sekarang dapat dinikmati pengunjung,” katanya di Jakakarta pada hari Jumat.
Sri menemukan, pameran baru ini dipukul dengan desain minimalis yang memprioritaskan koleksi Wayang sebagai daya tarik utama, atau kesal keindahan arsitektur asli bangunan.
Pengunjung dapat menikmati showroom yang lebih luas, memberi pengunjung kesempatan untuk bebas untuk melihat pameran.
Adapun koleksi, Sri mencatat bahwa tidak ada koleksi tambahan koleksi baru. Namun, jumlah pameran sengaja terbatas, sehingga ruang pameran lebih nyaman dan tidak terlalu padat.
“Jumlah koleksi di layar tidak sebanyak pameran lama. Untuk listrik tidak terlalu banyak, tetapi kita akan berbalik. Ini rutin setiap tiga bulan,” kata Sri.
Selain itu, museum ini sekarang dilengkapi dengan kamar bodoh dan fungsi interaktif yang bertujuan menarik perhatian generasi muda.
Di ruangan ini, pengunjung dapat menikmati pengalaman berteknologi tinggi seperti hologram dan permainan interaktif, serta foto -foto kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan mereka untuk menempatkan wajah mereka dalam suasana masa lalu.
“Ruang saus ini adalah untuk menarik orang -orang muda. Jadi, saat bermain, mereka juga dapat meningkatkan pengetahuan. Mereka perlahan tapi pasti tertarik pada budaya kita,” katanya.
Tidak hanya itu, pembaruan museum ini juga dirancang untuk mendukung inklusivitas. Ruang pameran dengan mudah mengakses bangunan baru yang dirancang dengan disabilitas, sehingga kunjungan ke museum dapat menjadi sesuatu yang dinikmati oleh kelompok yang berbeda.
Untuk mengatur kunjungan ke ruang submersible, pengunjung disarankan untuk memesan sesi waktu tertentu sehingga pengalaman dapat terjadi lebih sering dan nyaman.
Dengan inovasi yang berbeda ini, Sri berharap bahwa Museum Jakakarta siap menjadi lebih dari sekadar objek wisata, tetapi juga sebagai cara pendidikan dan konservasi budaya yang menggabungkan nilai -nilai historis dengan teknologi modern.
Leave a Reply