Jakarta (Antar) – Menteri Koordinasi Ekonomi Hartart bertemu dengan CEO Emirat Global Aluminium (EGA) Abdulnaster Ibrahim Syf bin Kifban untuk membahas kelanjutan kerja sama EGA untuk pengembangan produksi aluminium melalui pengembangan proses Indo -Indiani.
Selama KTT Pemerintah Dunia pada tahun 2025, CEO Dubai Abdulnair menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai salah satu pemain utama industri aluminium, tetapi perlu untuk membahas proyek -proyek yang dapat dikooperasikan.
“Indonesia adalah negara potensial di sektor aluminium, sehingga perlu untuk melanjutkan teknik pembenaran ekonomi untuk mengukur efisiensi produk aluminium Indonesia,” kata Abdulnair dalam pernyataan resmi Jakarta pada hari Sabtu.
EGA adalah premium terbesar -perusahaan aluminium di dunia. EGA memiliki aluminium di Dubai dan Abu -dhabi, dan merupakan perusahaan industri terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) di luar sektor minyak dan gas.
EGA telah menandatangani nota kerja sama strategis dengan PT Indonesia Asahan (Persero), mendorong ekspansi produksi dan pada saat yang sama mendorong penurunan industri aluminium yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk Indonesia.
Dalam hal ini, CEO Abdulnaster juga menyatakan bahwa EGA setuju dengan kolaborasi dengan Pt Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk memperluas tangisan di Sumatra utara menjadi 400.000 ton per tahun.
Namun, proyek kerja sama tidak diimplementasikan dari tingginya biaya listrik dan tenaga karbon rendah yang digunakan untuk menghasilkan aluminium hijau.
Sebagai pencairan aluminium kelas dunia, EGA telah melakukan pengembangan teknologi dalam hal pencairan aluminium dan melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan teknologi tinggi di QUAA -Tantjung Sumatra Utara untuk mencapai produksi hingga 400.000 ton per tahun, sehingga diharapkan untuk mempelajari potensi baru dalam mode sektor.
Dia juga mengatakan EGA menggunakan panel surya sebagai sumber staf aluminium dan berencana untuk mempelajari alternatif untuk pengembangan energi murni di Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga mendorong pengembangan energi terbarukan baru (EBT), pengembangan hidrokarbon dan teknologi baru, termasuk hidrogen, nuklir dan baterai.
“Dengan kemampuan dan teknologi canggih yang kami gunakan, dan potensi sumber daya alam milik Indonesia akan menciptakan tanah liat yang lebih baik dalam jumlah besar,” lanjut Abdulnas.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinasi ENGI menunjukkan bahwa ia akan berkoordinasi dengan Inalum untuk memantau kerja sama yang telah disepakati sebelumnya.
Selain itu, Airlanga juga menyatakan bahwa para pihak yang terkait dengan para pihak juga harus terlibat dalam pemenuhan kewajiban kerja sama.
“Kerjasama harus dilakukan dengan pihak lain seperti PLN, untuk pengembangan listrik rendah karbon untuk memenuhi daya aluminium untuk sumber daya yang cukup,” katanya.
Airlangga berpendapat bahwa kerja sama ini harus berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia dan termasuk sektor swasta di Indonesia.
“Perlu memastikan bahwa kerja sama dengan sektor aluminium memiliki dampak ekonomi yang besar, terutama pada menciptakan lapangan kerja,” katanya.
Leave a Reply