JAKARTA (Antara) – Keluarga jurnalis Situr Wijaya yang hilang terbunuh di Kebon, Jakarta Barat, Jakarta Barat mengakui sejarah penyakit paru -paru korban.
“Kami menerima bahwa ada sejarah paru -paru dan sebelumnya sebuah surat Puskesmas, yang telah kami berikan kepada polisi,” Sahrul, perwakilan dari almarhum keluarga, dalam kasus persetujuan pada hari Kamis.
Dalam hal penyebab kematian yang tepat, Sahrul mengatakan bahwa partainya masih mengharapkan hasil otopsi medis.
“Kami tidak ingin berasumsi bahwa kami masih mengharapkan lebih banyak otopsi,” katanya.
Dia juga berharap bahwa polisi akan bekerja secara profesional untuk mengekspresikan pekerjaan kematian Situr Wijaya.
“Banyak hal yang perlu diungkapkan, karena prosesnya aneh untuk dihitung,” katanya.
Polisi, SW (33) Kamar Hotel (TKP) menemukan beberapa obat (33), seorang jurnalis media online, Jumat (4/4), Jumat (4/4), Jumat (4/4) meninggal di sebuah hotel.
“Beberapa obat ditemukan di kamar korban,” katanya.
Obat -obatan ditemukan, yaitu Promaga (Medical Ultic), mycca ketoconazole (obat jamur), rifampik (antibiotik untuk mencegah penyakit seperti infeksi bakteri seperti tuberkulosis), kebersihan hidup putih dan topeng (pembersihan wajah).
Ade Ary, menurut Dokter yang mengotomatiskan, menjelaskan bahwa tidak ada tanda -tanda kekerasan, cedera layanan atau cedera sayatan.
“Kehadiran memar di bagian tubuh karena memar.”
Namun, ary masih menunggu hasil penyebab kematian (mendeteksi dan mengukur zat berbahaya atau racun dalam tubuh).
Selain itu, pemeriksaan histopatologis (pemeriksaan jaringan atau tubuh dalam mikroskop untuk mendiagnosis penyakit).
Leave a Reply