Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Mengatasi pemborosan pangan di meja makan

Antara – Seringkali terjadi bahwa sebagian besar restoran mewah di Jakarartara memiliki dapur sepanjang malam.

Di tumpukan, ada residu roti kering dan hampir tidak ada makanan sisa yang tetap sama.

Sementara itu, beberapa kilometer jauhnya, beberapa kilometer, beberapa kilometer, beberapa keluarga kecil, lift sempit, sepotong roti beras atau sepotong roti tua, hanya segelas air dan segelas air.

Tragedi ini bukan hanya fiksi. Ini adalah kenyataan yang dihadapi Indonesia setiap hari. Limbah makanan dan makanan global mengancam keamanan pangan, ekonomi dan lingkungan.

Di negara tanaman, tanaman, jutaan biji -bijian terbuang sia -sia setiap tahun.

Ini adalah waktu ketika jutaan orang lain berada di bawah garis kemiskinan, berdasarkan sisa -sisa orang lain.

Penelitian oleh Program Lingkungan Lingkungan Perserikatan Bangsa -Bangsa (Lingkungan Lingkungan PBB) menunjukkan bahwa setidaknya 17% makanan menyumbang 17% dari total makanan.

Uangnya sekitar 23 juta truk dengan berat sekitar 40 ton dan beratnya sekitar 23 juta truk. Jika tidak ada jarak dalam urutan urutan yang ditetapkan, truk cukup untuk mengelilingi bumi.

Di Indonesia, angka ini tidak mengejutkan. Menurut hasil Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (RPANSIA), hasil Rencana Pembangunan Nasional (Berdepenaas), PDB RP 213 hingga 4-5% pertama.

Data tentang lingkungan dan kehutanan menunjukkan bahwa setengah dari total lokasi pembuangan adalah limbah makanan. Gambar ini menjadikan India negara dengan tingkat limbah makanan tertinggi.

Namun, hilangnya limbah makanan dan makanan bukan hanya masalah statistik. Dampaknya melebihi angka pengeringan. Setiap makanan yang terbuang sia -sia air dan bahan bakar dari lahan pertanian yang tidak menggunakannya, dan lahan pertanian tidak sia -sia.

Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan di seluruh dunia sekitar 8%. Dengan kata lain, limbah makanan adalah buang -buang kehidupan.

Membangun kesadaran

Ini adalah aktor dalam industri kecemasan, perhotelan, dan restoran ini. Solusinya adalah bagian dari solusi dan merupakan bagian langsung dari makanan, hotel, dan restoran.

Beberapa kisah sukses di Indonesia menunjukkan bahwa perubahan dapat dilakukan. Para peneliti Muhammam Muamaad Alfyariyya Mayuraj, Shinta Dizar, Shinda Dicea, Shindata Disla dan Jackinta W.

Studi tentang Sisheny Hotel di Jakarta, yang tidak berkurang sebesar 63% dalam beberapa bulan, belajar tentang Sisheny Hotel di Jakarta. Rahasia, perencanaan yang cermat, staf dan sumbangan makanan.

Kelebihan makanan yang sekarang digunakan untuk mengakhiri sampah sekarang terkonsentrasi pada organisasi yang dialokasikan untuk mereka yang membutuhkan.

Demikian pula, banyak peneliti di Surabaya telah menganalisis pengelolaan limbah hotel di universitas -universitas Kristen di Program Manajemen Perawatan Residual Rumah Sakit Ekonomi.

Mereka menggunakan teknik sederhana untuk mengurangi porsi makanan yang biasanya sia -sia dan menggunakan bahan -bahan yang dibuang untuk membuat hidangan baru.

Hotel tidak hanya menghemat biaya operasi, tetapi juga meningkatkan loyalitas pelanggan.

Namun, perbedaan ini tidak akan terjadi. Pola lama, inovasi, dan keberanian diperlukan untuk menyelesaikan pola lama.

Hotel dan restoran harus dimulai dengan hal -hal sederhana yang dapat dipahami karena berapa banyak makanan yang terbuang setiap hari. Sejak saat itu, mereka dapat mengembangkan strategi untuk mengurangi limbah.

Dengan menggunakan teknik pengawasan stok, bahkan melatih karyawan dapur manajemen makanan yang lebih efektif berdasarkan kebutuhan musiman.

Sumbangan makanan harus menjadi bagian dari budaya bisnis. Bermitra dengan organisasi seperti Indonesia (seperti bank makanan) dapat menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa makanan tidak dapat dikonsumsi.

Langkah ini tidak hanya digunakan untuk membangun masyarakat yang lebih berempati dan peduli.

Tetapi tanggung jawabnya tidak hanya di tangan pengusaha. Pemerintah juga harus berpartisipasi dalam peraturan berkelanjutan di sektor hotel dan restoran.

Misalnya, bisnis dapat diberikan pajak yang mendorong limbah makanan. Kesadaran limbah makanan dapat menjadi alat yang efektif untuk mengubah perilaku orang.

Bagi konsumen, perubahan kecil dapat dilakukan mulai dari meja makan. Pesan makanan sesuai kebutuhan dan memilih restoran untuk mendukung restoran yang berkelanjutan adalah langkah mudah bagi semua orang.

Akhirnya, limbah makanan bukan hanya masalah bisnis atau pemerintah. Ini adalah pertanyaan tentang semua karakteristik masyarakat.

Jika kesadaran berhasil ditetapkan, sisa adegan berhasil ditutup, dan hari itu jiwa restoran kosong, terima kasih atas makanannya.

Hidangan yang dikirim tidak dapat diselesaikan dengan sia -sia, tetapi berikan nilai pelanggan, bisnis dan lingkungan. Masa depan yang lebih berkelanjutan telah diambil, tetapi langkah penting kecil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *