KALABAHI, ALOR (ANTARA) – Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Pt Pelni (Persero) Anik Hidayati mengatakan kliennya memperkenalkan sistem pasokan makanan untuk standar internasional.
“Kami sudah memiliki sertifikat pos pemeriksaan kritis yang berbahaya (HACCP) atau standar penumpang untuk keselamatan perawatan makanan. Ini dilakukan untuk meningkatkan layanan operator penni,” kata Anik Hadyati di Kalabahi, Alor, pada hari Rabu, terkait dengan penumpang penumpang penumpang penumpang penumpang penumpang Tanyakan tentang makanan yang disajikan di kapal yang dianggap kurang cocok untuk dikonsumsi.
Menurutnya, saat ini ada empat dari 26 yang dimiliki oleh kapal Petni yang telah memperkenalkan standar keamanan pangan, yaitu KM Awu, KM Doronda, KM Teluk dan KM Bukit Siguntang. Orang lain akan secara bertahap akan membaik.
KM AWU NUGROHO Highter Gifter Adi Yuliant menjelaskan bahwa sertifikat HACCP mengatur ketahanan pangan yang berkisar dari menerima, menyimpan, mempersiapkan, mengelola, mengemas, hingga presentasi.
“Pasokan bahan baku makanan, misalnya, langsung dari pasokan, yang merupakan anak perusahaan Pt Penni. Jika pasokan bahan baku tidak baik, misalnya, kami kembali untuk penggantian,” katanya.
Menurutnya, kapal penumpang Petni adalah yang pertama dalam standar pertama (FIFO) dan pertama kali kedaluwarsa (FEFO) dalam penggunaan bahan baku.
“Jadi kami menggunakan bahan yang pertama.
Standarisasi rasa juga digunakan untuk semua kapal tumit. Dia mengklaim bahwa makanan yang disajikan harus dikonsumsi selama maksimal 2 jam setelah diambil.
“Makanan di Pelni memiliki standar yang sama seperti di restoran atau hotel,” katanya.
Dia berharap publik tidak perlu khawatir tentang kualitas dan nutrisi makanan yang disediakan karena memberikan standar keamanan pangan.
Ini juga disajikan menu makan, tetapi memiliki selera yang sama. Misalnya, dalam menu hari Senin, terdiri dari nasi, teriyaki ayam, lompatan labu ayam, pemain daging sapi, kue kemasan, cabai kemasan -saus dan 600 ml minuman kemasan.
“Sebelumnya, harga makan di KM AW adalah 55.000 RP, tetapi sekarang telah meningkat sebesar 65.000 rp/orang.
Dia menambahkan ketika mengambil makanan, penumpang hanya menunjukkan tiket elektronik yang memiliki perahu.
Penumpang KM AWU, Stefen Hamap, mengklaim bahwa dia sangat tertarik dengan makanan yang dia sajikan KM AWU. Karena memiliki menu yang cukup sempurna dan lezat.
Menurutnya, saya sangat berbeda dari masa lalu ketika dia masih di universitas.
“Jujur, aku tidak suka makan di kapal. Tapi sekarang aku menyukainya karena dietnya sama seperti di restoran dan sempurna,” katanya.
Dia berharap bahwa Pt Petni akan terus memperkuat pemeriksaan sehingga makanan di KM AWU akan terus dirawat dengan baik.
Leave a Reply