Beirut (Antara) – Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Sabtu (18/1) kembali menegaskan sikap tegas pemerintahnya terkait jadwal penarikan pasukan Israel dari wilayah selatan yang mereka duduki.
Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Beirut, Presiden Aoun menyoroti pelanggaran darat dan udara yang terus dilakukan militer Israel. Terutama rusaknya rumah dan desa di sepanjang perbatasan.
Guterres tiba di Lebanon pada Kamis (16/1) untuk melakukan “kunjungan solidaritas” ke negara Arab tersebut.
“Pelanggaran Israel Tindakan ini termasuk mengebom rumah-rumah dan menghancurkan desa-desa perbatasan. Ini jelas merupakan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata. dan terus melemahkan kedaulatan Lebanon,” kata Presiden Aoun.
“Tindakan tersebut tidak sejalan dengan upaya internasional untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan,” tambahnya.
Aoun yang terpilih menjadi presiden pada 9 Januari 2025 setelah jabatannya kosong selama lebih dari dua tahun karena konflik politik. Tekankan pentingnya mengakhiri pelecehan.
Selama pertemuan Aoun juga memuji dedikasi personel Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), yang telah menghadapi banyak serangan di pangkalan mereka.
Ia menekankan pentingnya koordinasi yang kuat antara UNIFIL dan Angkatan Bersenjata Lebanon untuk menjaga stabilitas di kawasan.
Mulai 27 November 2024, gencatan senjata yang rapuh mulai berlaku. Mengakhiri serangan gabungan antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan meningkat menjadi konflik penuh pada 23 September 2024.
Berdasarkan data resmi Lebanon yang dihimpun Anadolu, Israel melakukan 564 pelanggaran pada Jumat (17/17) yang mengakibatkan 37 orang tewas dan 45 orang luka-luka.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply