Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Pefindo : Kebutuhan refinancing korporasi masih tinggi di kuartal IV

Jakarta (ANTARA) – Kepala Daftar Jasa Non Keuangan 1 PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Martin Pandiangan mengatakan kebutuhan refinancing masih tinggi pada kuartal IV 2024, berdasarkan sumber pembelian peminjam korporasi (dark ) dari orang tua sebanyak-banyaknya Rp 42,37 juta sampai dengan akhir tahun 2024.

Lanjutnya, permintaan refinancing juga diperlukan karena sektor riil tetap kuat, dengan permintaan yang tetap kuat dan stabil, maka perekonomian pemerintah direncanakan meningkat 4,8 hingga 5,2 persen, seiring dengan harga barang. antara 2,0 hingga 3,5 persen. .

Sebaliknya, Pilkada (Sistem Pemilihan Umum Daerah) menjadi alasan utama, kata Martin dalam konferensi Pefindo di Jakarta, Jumat.

Lanjutnya, kebutuhan akan pegawai baru akan diperkuat dengan putaran kebijakan keuangan yang telah mencapai titik fleksibilitas, sehingga diharapkan dapat menciptakan niat baik dan mengukuhkan rencana perusahaan.

Kemudian, lanjutnya, kendala teknis bisa berkurang ketika suku bunga mulai turun sehingga mengurangi penggunaan dana perusahaan.

Mudah untuk menunggu dan melihat situasi, kampanye pemilihan umum (Pemilu) telah selesai dan pasar menunggu rencana untuk melaksanakan rencana tersebut dan membentuk kabinet baru, terutama dalam kondisi perdana menteri, kata Martin.

Selain itu, ia menjelaskan peningkatan beban lembaga keuangan dalam meningkatkan penyaluran kredit mendorong pencarian jenis pembiayaan lain, misalnya pembiayaan.

Namun karena sulitnya penyediaan obligasi komersial hingga akhir tahun 2024, serta risiko geopolitik yang tinggi, berarti pemanfaatan pasar tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Dan, lanjutnya, terdapat kecenderungan penurunan konsumsi dan investasi karena tingginya suku bunga yang disimpan dalam jangka waktu lama sehingga menurunkan daya beli dan ekspansi.

“Prospek penurunan suku bunga di masa depan dapat menyebabkan pengiklan menunda iklannya atau menguranginya lebih awal,” kata Martin.

Selain itu, ia mengatakan perusahaan yang berperingkat rendah (sekitar BBB) harus lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman, karena mereka memiliki lebih banyak uang untuk pinjaman rendah, itulah sebabnya harganya. uang lebih mahal.

“Dan, ada risiko peralihan dari instrumen yang sejenis (walaupun tidak berisiko) dan menawarkan return yang tinggi seperti SRBI (Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah),” kata Martin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *