Jakarta (Antara) – Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia Jenderal Seni Marbun mengatakan pihaknya akan fokus pada rehabilitasi atlet dan program jangka panjang untuk meningkatkan prestasi dan permainan di Paralimpiade Los Angeles 2028.
Salah satu upaya yang dilakukan NPC Indonesia adalah dengan mengadakan program “Breaking the Boundaries” pada bulan Maret untuk merekrut dan membimbing pemuda dari berbagai daerah yang akhirnya terpilih untuk melakukan pelatihan di Solo, Jawa Tengah.
“Indonesia adalah negara besar. Di Paralimpiade, Indonesia tidak boleh meraih satu atau dua medali emas. Makanya kita harus berani turun ke daerah. “Kalau kita tidak berani ke daerah, saya kira tidak mungkin mendapatkan bahan yang berkualitas,” kata Seni, Rabu, mengutip keterangan resmi NPC Indonesia.
Program “Breaking the Limits” yang akan berlangsung hingga Desember ini akan menantang atlet-atlet muda dengan usia maksimal 23 tahun. Setiap provinsi diberi target 100 atlet oleh tim ahli NPC Indonesia.
Atlet yang akan diuji terbagi dalam tiga kategori: cacat fisik (50 persen), cacat intelektual (25 persen) dan tunanetra (25 persen). Sebanyak 100 atlet terpilih dari program Break the Boundaries akan berlatih solo.
Selain itu, melalui program “Menembus Batas”, para atlet muda juga bisa berlatih di Pusat Latihan Paralimpiade Indonesia (PPPI) yang berlokasi di Delingan, Kabupaten Karanganyar.
PPPI Karanganyar memiliki 10 cabang olahraga setelah diresmikan.
“Kami akan memantau pemain sesuai kemampuannya. Setelah itu, kami akan membawanya ke Solo untuk mengikuti pemusatan latihan selama tiga bulan. Kita lihat kemampuannya dan apakah prestasinya dikembangkan untuk kita. “Nanti kita lihat persiapannya dan mentalitasnya,” jelas Sini.
Program ini juga merupakan bagian dari upaya NPC Indonesia untuk memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
Kamu juga punya talenta-talenta muda yang bisa mengharumkan nama Indonesia, seperti Lee Ratri Octila dan kawan-kawan yang sudah menjadi teman utamamu selama bertahun-tahun.
“Melalui ajang Papernas, kami telah merekrut banyak atlet. Tapi untuk mendapat manfaat lebih kita perlu turun ke daerah. Setidaknya kita memperhatikan mereka. Kami mengajak para penyandang disabilitas dari daerah tertinggal untuk ikut serta mengharumkan nama negara di kancah internasional. Saya harap mereka bisa melakukannya,” kata Saini.
Leave a Reply