Pekalongan (ANTARA) – Balai Uji Standar Alat dan Sumber Daya Bioteknologi Pertanian (BBPSI Biogen) di bawah Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, diperlukan varietas baru yang lebih baik untuk menanam padi di lahan yang terdampak air laut atau garam. , untuk memaksimalkan hasil.
Kepala BBPSI Biogen Kementerian Pertanian Arif Surahman di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis, mengatakan salah satu permasalahan sawah payau di pesisir pantai adalah tingginya salinitas sumber air dan tanah akibat intrusi air ke laut. .
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menemukan varietas padi baru yang lebih baik dan tahan terhadap salinitas tinggi, yaitu dengan menggunakan varietas padi BioSalin, ”ujarnya.
Menurut dia, bahaya menanam padi di tanah salin adalah tanaman akan terkena keracunan ion, sedangkan jumlah anakan akan berkurang dan berdampak pada penurunan produktivitas.
“Tapi di Kota Pekalongan, varietas baru ini bisa menghasilkan hasil padi hingga 7,1 ton per hektar, itu luar biasa,” ujarnya pula.
Selain acara panen padi BioSalin di lahan terdampak banjir, Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, Arif Surahman mengatakan, upaya penanaman varietas padi BioSalin telah dilakukan di beberapa wilayah Pantura seperti Kota Pekalongan, Banten, Bekasi bahkan Merauke.
Saat ini hasil panen padi BioSalin di Kota Pekalongan mencapai 7,1 ton per hektare, kata dia, sudah memenuhi rata-rata, karena dengan kondisi lahan yang lama dan sudah 10 tahun tidak diolah, bisa memberikan hasil yang baik.
“Hasil panen yang bisa dicapai padi BioSalin 1 sekitar 8,75 ton dan Biosalin 2 sekitar 9 ton, sehingga rata-rata keseluruhannya sekitar 7,5 ton per hektar. Oleh karena itu, ini merupakan hasil yang sangat bagus,” ujarnya pula.
Ia juga mengatakan, pada musim hujan seperti sekarang, salinitas akan menurun karena banyak air hujan yang bersih, sehingga bagus untuk menanam padi.
“Memang dengan curah hujan yang tinggi diharapkan produksi padi juga lebih besar. Beras di sini sedang musim kemarau dan hasilnya juga bagus,” ujarnya lagi.
Leave a Reply