Jakarta (Antara) – PT Waskita Karya (Persero) Tbk tengah mempercepat pengerjaan Bendungan Jlantah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah untuk meningkatkan kapasitas tampungan air dan mendukung swasembada pangan di wilayah tersebut.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengatakan, pemerintah berencana membuka bendungan tersebut pada Januari 2025. Saat ini progres konstruksinya sudah mencapai 98,54%.
“Aspek kualitas dan keamanan tetap harus kita perhatikan,” kata Diana dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Diana juga meminta, setelah pembangunan selesai, pekerjaan pengamanan jaringan irigasi tetap dilanjutkan.
Sementara itu, Manajer Operasional Waskita Karya lainnya, Dhatik Ariyanto, mengatakan kehadiran Bendungan Jlantah akan membawa manfaat besar, terutama untuk keperluan irigasi, hingga meningkatkan ketahanan pangan.
Seperti diketahui, saat ini Pemerintah sedang fokus pada peningkatan ketahanan pangan. Bahkan Presiden Prabowo Subianto memajukan target swasembada pangan pada tahun 2028 hingga 2027.
“Pemerintah bertekad memastikan produksi pangan nasional dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa perlu impor. Oleh karena itu, kehadiran Bendungan Jalantah dapat mendukung tujuan tersebut karena dapat meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Datik.
Lanjutnya, kedepannya bendungan ini mampu mengairi 1.494 hektare sawah di wilayah Jatiyosu dan Jumapulu.
Ia menjelaskan, sebelumnya pengairan sawah di sekitar wilayah Karanganiar mengandalkan tadah hujan. Hal ini kemudian dapat meningkatkan indeks tanam (IP) dari 172% menjadi 272% di lahan seluas 806 hektare. IP di lahan seluas 688 hektar juga berpotensi mencapai 272%
Bendungan yang dirancang setinggi 70 meter dari pondasi terdalam dan panjang 404 meter ini memiliki kapasitas 10,97 meter kubik (meter kubik).
Kemudian ketersediaan air baku Kecamatan Jumapulu, Kecamatan Jumantonu, Kecamatan Jatipuru, Kabupaten Karanganiyar mencapai 150 liter per detik (l/s).
Dijelaskannya, “Bendungan Jalante juga mampu meredam banjir seluas 87 hektare di persawahan Desa Bandusri, Kecamatan Sukurharjo.
Datik mengatakan bendungan tersebut juga mendukung ketahanan energi karena berpotensi menjadi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLMTH) berkapasitas 0,625 megawatt (MW).
Kemudian, melihat letaknya yang strategis di antara Sungai Jalanta dan Sungai Puro di Desa Tolobo dan Karangseri, proyek ini diyakini bisa diubah menjadi ruang agrowisata.
Dengan cara ini dapat menciptakan lebih banyak usaha dan lapangan kerja sehingga masyarakat di sekitar bendungan menjadi lebih sejahtera.
Leave a Reply