Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) akan terus memangkas suku bunga utama bank sentral AS, Fed Funds Rate (FFR), masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2025, namun akan diundur hingga Maret dan Juni.
“Awalnya kita tetapkan masing-masing 25 basis poin di bulan Maret dan 25 basis poin di bulan Mei, namun kemudian mundur ke bulan Maret dan Juni,” kata Gubernur BI Perry Vargio dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur bulan Desember 2024, Rabu.
Perry mengatakan proyek tersebut mengikuti komentar dovish Federal Reserve. Selain itu, rencana kebijakan tarif impor yang dilancarkan Presiden terpilih Donald Trump juga akan mempengaruhi stabilitas pasar keuangan global.
“Rencana kebijakan Presiden terpilih Trump akan semakin memperluas jangkauan negaranya. Selain itu, harga akan lebih tinggi dan cakupan produk akan lebih tinggi.”
Kebijakan AS juga akan mempengaruhi prospek imbal hasil US Treasury baik imbal hasil 2 tahun maupun 10 tahun. BI memperkirakan imbal hasil Treasury AS bertenor 2 tahun akan meningkat menjadi 4,5 persen pada akhir tahun 2025 dari 4,2 persen pada kuartal keempat tahun 2024. Sementara itu, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 4,7 persen pada tahun depan. meningkat 4,3 persen dari posisi saat ini.
Dampak lainnya adalah menguatnya Indeks Dolar AS yang saat ini berada pada kisaran 106-107. BI yakin indeks dolar AS akan terus menguat.
Perry mengatakan BI kini fokus menstabilkan nilai tukar rupiah seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Meski demikian, bukan berarti BI tidak mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga.
“Masih terbuka (dimana harga BI diturunkan). Untuk mengukurnya, waktunya tidak tepat. Mengingat keinginan kami untuk menjaga inflasi tetap rendah dan merangsang pertumbuhan ekonomi, kami akan terus mencari ruang untuk menurunkan suku bunga. Jadi fokus kami tentu saja bagaimana menstabilkan rupee. “Sekarang, kami menjaga BI rate tetap rendah dengan mempertimbangkan hal tersebut,” kata Perry.
Untuk menstabilkan nilai mata uang rupiah, BI melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang akan terus melakukan intervensi dan perbaikan. Selain itu, BI menerbitkan Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) dengan imbal hasil yang menarik.
Setelah Trump terpilih di AS, Perry sepakat akan ada arus keluar sebesar Rp 2,4 miliar pada kuartal IV 2024, bagian terbesarnya adalah Rp 1,9 miliar.
Namun, Perry mencatat Surat Utang Negara (SUN) mulai mengalir pada Desember, setelah mengalami outflow pada November 2024.
“Tapi SRBI masih punya inflow, di Q4 inflow masih USD 1,3 miliar. Oleh karena itu, kami terus mengambil langkah stabilisasi rupiah melalui intervensi agar lebih menarik.
Selanjutnya, BI membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menstabilkan rupiah.
“Ini rencana kebijakan Presiden terpilih Trump, dampaknya secara global, dan kenapa kita belum berani menurunkan BI-Rate? Fokus kita masih pada stabilisasi rupiah,” kata Perry.
Leave a Reply