Cirebon (ANTARA) – Di tengah derasnya arus modernisasi, kerajinan rotan di Cirebon, Jawa Barat, tetap bertahan dan beradaptasi, menjadi simbol tradisi yang mampu bersaing di pasar luar negeri.
Hal inilah yang disetujui Fera. Seorang pengusaha asal Tegalwangi, Cirebon yang berhasil membuktikan produk kerajinan rotan mampu bersaing di era digital.
Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan tersebut aktif menggunakan berbagai platform digital seperti website dan media sosial untuk mempromosikan produknya.
Fera misalnya, memanfaatkan media sosial sebagai etalase virtual untuk menampilkan keindahan rotan Cirebon kepada calon konsumen.
Setiap produk ditampilkan melalui unggahan sehingga pelanggan dapat merasakan tekstur dan keindahannya seolah-olah menyentuhnya secara langsung.
Promosi di saluran digital merupakan alat yang ampuh untuk mempromosikan karya seseorang.
Selain itu melalui sentuhan kreatifnya dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap produk busuk yang dianggap monoton dan kurang inovatif.
Menggabungkan unsur klasik dan modern, produknya berhasil memikat hati konsumen dalam dan luar negeri.
“Saat ini di era media sosial, banyak dari mereka (konsumen) yang puas dengan hal-hal klasik namun modern. Maka kami memadukan kerajinan rotan dengan material lain sehingga menghasilkan produk yang estetis,” ujarnya kepada ANTARA.
Produk yang diciptakannya antara lain furnitur, perabot rumah tangga, dan aksesoris, dengan kombinasi warna yang enak dipandang.
Fera (kiri) bersama suaminya memperlihatkan produk rotan yang mereka hasilkan di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA / Fathnur Rohman Sebagai pengusaha yang sudah lama berkecimpung di industri ini, Fera pun merasakan dampak positif dari paparan di ruang digital.
Berkat strategi pemasaran yang tepat, produk rotan mampu menembus pasar internasional. Negara-negara seperti India, Afrika, Malaysia, dan Arab Saudi menjadi tujuan utama ekspornya.
Pelanggan dari berbagai penjuru benua terkesima dengan keindahan dan kualitas produk rotan Cirebon.
Produk kerajinan rotannya bisa diekspor enam atau tiga kali dalam setahun, dengan pengiriman sekitar 40-60 kaki.
Banyak pelanggan internasional yang menemukan produk Fera berkat review positif dan rating bintang lima yang diberikan oleh konsumen sebelumnya, sehingga merek tersebut muncul pertama kali ketika mereka mencarinya secara online.
Pada puncak penjualannya, Fera mengaku bisa meraih omzet menjanjikan sekitar Rp 300 juta per bulan. Sebagai pelaku UKM juga bisa membantu pabrik-pabrik besar, misalnya jika membutuhkan bahan baku atau tenaga kerja yang unik bisa berkolaborasi.
Meski dikenal di luar negeri, Fera tidak melupakan akarnya di pasar lokal. Padahal, Kalimantan yang merupakan penghasil bahan baku rotan kini menjadi pasar potensial bagi produk unggulan Cirebon.
Berdiri jauh sebelum kemerdekaan, usaha ini telah hadir di tangan generasi ketiga dan telah membawa produk rotan tidak hanya sebagai kerajinan tangan tetapi juga cerita tentang Cirebon yang mendunia. Fera (kanan) memamerkan rangkaian produk rotan buatannya di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA / Fathnur Rohman Melalui kerja keras dan dedikasinya, Fera menjaga keberlangsungan bisnis keluarga, sekaligus memperkuat identitas Cirebon sebagai pusat produksi rotan.
Selain itu, ia berharap suatu saat wisatawan tidak hanya mengenal Empal Gentong ketika mendengar Cirebon, tetapi juga menjadikan Ratan sebagai kenangan yang tak terlupakan. Jaga gengsi produk rotan
Tahun 1970-an menjadi titik awal industri rotan Cirebon pada masa kejayaannya. Saat itu, orang-orang mulai menjual kerajinan tangan dan furnitur tikus, dan bepergian ke berbagai negara.
Sementara itu, Kabupaten Cirebon masih memperkuat posisinya di Jawa Barat sebagai salah satu produsen produk rotan berkualitas terkemuka di dunia.
Selama tahun 2023, industri rotan di kawasan ini berhasil menembus pasar internasional dengan total ekspor mencapai 1.499 kontainer senilai 62,14 juta dollar AS.
Pekerja membuat kerajinan rotan di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA / Fathnur Rohman Furnitur rotan Cirebon menghiasi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan, Singapura, Jepang, Brazil, Inggris, Australia, dan Kanada.
Pada triwulan I tahun 2024, bisnis ekspor rotan Cirebon masih positif menjangkau AS. dia. $13,12 juta.
Data ini semakin menegaskan posisi Cirebon sebagai sentra rotan yang berdaya saing tinggi di kancah dunia.
Pj Bupati Cirebon Wahyu Mijaya bertekad terus menguasai industri rotan agar terus berkembang.
Guna menjamin kelancaran kegiatan produksi para perajin, Pemkab Cirebon tengah mengkaji program pembangunan pusat logistik rotan yang berfungsi sebagai gudang sehingga ketika pesanan masuk, stok bahan baku rotan di Cirebon tetap tersedia.
Rencana besar tersebut telah mendapat dukungan dari Pemprov Jabar, sehingga diharapkan proses pembangunan dapat segera dimulai.
Suasana di salah satu pabrik pembuatan mebel rotan di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA / Fathnur Rohman Bagi Wahyu, rotan bukan sekadar produk industri bagi Cirebon. Berbagai produk rotan telah menjadi jejak budaya yang harus dirawat dengan penuh dedikasi.
Oleh karena itu, Pemkab Cirebon juga memperkuat pangsa pasar dalam negeri, sehingga industri rotan dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja lokal dan terus tumbuh secara berkelanjutan. Targetkan pasar baru
Industri rotan Cirebon kembali menunjukkan kelasnya di kancah internasional, ditandai dengan dibukanya ekspor ke Spanyol pada pertengahan Juni 2024.
Produk mebel dan kerajinan rotan Cirebon menembus pasar internasional dengan nilai hingga 28 ribu dollar AS.
Pencapaian ini merupakan langkah awal yang menggembirakan dalam kebangkitan industri rotan Cirebon yang terguncang. Sebab, konflik di Eropa memperlambat kinerja sektor tersebut.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bei Triadi Makmuddin mengatakan, ekspor tersebut merupakan realisasi dari upaya pemerintah yang gigih menjajaki pasar baru bagi industri rotan sejak awal tahun ini.
Dengan strategi ini, industri rotan Cirebon kembali meningkatkan kehadirannya di pasar global dan membuka peluang pengembangan lebih lanjut bagi perajin lokal.
Pembuatan mebel rotan di Cirebon, Jawa Barat. ANTARA / Fathnur Rohman Tak hanya di Spanyol, pemerintah ingin rotan Cirebon semakin meluas. Sejumlah negara di Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Timur Tengah telah dijajaki sebagai pasar potensial dengan upaya intensif menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Australia juga dibidik sebagai target selanjutnya, agar produk rotan Cirebon bisa didistribusikan ke sana secara masif.
Generasi muda memasuki industri rotan
Dari pemain kecil di industri kayu hingga eksportir produk rotan, Vladimir Dicky Santoso (24), pemuda asal Cirebon, berhasil membawa produk lokal ke pasar internasional. Vladimir Diki Santoso (kedua dari kiri) bersama Pj Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin (tengah) saat ekspor produk rotan di Cirebon, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. ANTARA / Fathnur Rohman Kesuksesan di industri furnitur mulai diraihnya dengan langkah berani dua tahun lalu. Ketika perkembangan usaha perkayuannya mulai sulit, Dickey memilih jalan baru dan menjadikan rotan sebagai usaha utamanya. Berbekal tekad yang kuat, Dickey mengatasi kendala finansial dan minimnya pengalaman di bidang rotan.
Bisnisnya berkembang pesat. Produknya mulai dari furnitur rotan alam hingga kombinasi kayu dan besi kini diminati konsumen di Amerika Serikat, Dubai, dan Spanyol.
Setiap bulannya mengirimkan empat kontainer dengan nilai ekspor puluhan ribu dolar AS. dolar, sehingga membuat nama Cireban semakin bersinar di pasar global.
Kunci keberhasilan Dickey terletak pada kemitraan yang kuat dengan produsen lokal, yang menjaga kualitas sekaligus mendukung perekonomian lokal.
Meski harus bersaing dengan pabrikan Vietnam yang terkenal dengan harga produknya yang lebih murah, Dicky tetap percaya diri. Karena kualitas produk adalah kelebihannya.
Dengan rencana ekspansi ke Afrika, Dickey terus melebarkan sayapnya. Optimisme dan komitmennya secara tidak langsung membuat furnitur rotan Cirebon mampu bertahan di pasar internasional.
Selain Dicky, Nopan Sinaga, pengusaha muda asal Cirebon yang pada September 2024 sudah bisa mengekspor furnitur rotan ke luar negeri, juga melakukan hal serupa.
Nopan mengirimkan produk rotan senilai lebih dari 10 ribu dollar AS. dia. Dolar ke Prancis.
Dalam pengirimannya, 90 furnitur rotan berdesain tropis modern berhasil dikemas dalam tiga kontainer untuk pasar Eropa.
Dalam waktu dekat pihaknya berencana mengirimkan dua kontainer lagi berisi produk furnitur serupa.
Ekspor tersebut tidak lepas dari dukungan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang mendorong pengembangan dunia usaha. Nopan Sinaga (kiri) dalam usaha ekspor produk rotan buatannya di Cirebon, Jawa Barat beberapa waktu lalu. ANTARA / Fathnur Rohman Selain Prancis, potensi pasar juga terbuka di Jerman dan Belanda, namun Amerika Serikat tetap menjadi target utama.
Nopan mengatakan jika produknya berhasil masuk ke pasar Amerika, berarti kualitas produk rotan Cirebon sudah diakui dunia.
Memulai usahanya pada awal tahun 2024, Nopan mengajak temannya Rana Azizah untuk mengembangkan usahanya. Furnitur rotan kembali digemari, apalagi dengan konsep keindahan alam atau estetika alam yang menyatu dengan gaya hidup masa kini.
Generasi muda, khususnya pasangan yang baru berkeluarga, semakin meminati furnitur yang memadukan estetika modern dan natural, seperti kursi rotan dengan rangka besi yang memberikan kesan kekinian.
Meski sibuk dengan pasar ekspor, keduanya juga menjajaki pasar dalam negeri yang tak kalah menjanjikan.
Dari Cirebon hingga Bali, produk rotan mereka semakin banyak diminati oleh berbagai bar, studio arsitektur, dan vila berkonsep tropis.
Permintaan dalam negeri sebenarnya sedang meningkat, terutama seiring dengan semakin populernya tren desain natural.
Pasar lokal pun memberikan respon positif. Dengan harga mulai dari Rp 250 ribu untuk dekorasi kecil hingga jutaan rupee untuk furnitur berukuran besar, produknya mulai bersaing di segmen menengah atas. Bahkan, mereka kini mempertimbangkan untuk memasuki penjualan digital, meski harus menyesuaikan harga dengan daya saing pasar.
Kapasitas produksi perseroan saat ini mencapai lima kontainer per bulan. Di balik kesuksesan tersebut mereka menghadapi tantangan terkait ketersediaan bahan baku. Meskipun rotan dan besi merupakan bahan yang stabil, namun beberapa jenis rotan cukup sulit diperoleh karena persaingan harga.
Namun permasalahan tersebut berhasil mereka atasi dengan menggandeng pengrajin lokal, dan juga menerapkan standar kualitas ekspor pada setiap produknya.
Meski industri rotan mengalami pasang surut, namun prospeknya masih dalam jangka panjang.
“Rotan tidak lekang oleh waktu, masyarakat selalu mencari furnitur berbahan natural. Kami ingin industri ini terus berkembang dan tetap relevan,” ujarnya.
Mereka pun bertekad memajukan industri rotan, termasuk dengan mengajak generasi muda lainnya untuk lebih mengenal dan mencintai produk tersebut. Digitalisasi dan infrastruktur
Wakil Kepala Perwakilan Jabar B Muslim Anwar dalam keterangan resminya menyatakan, pada triwulan II tahun 2024, perekonomian Jabar mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,95% (year on year/year). Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,93% (y/y).
Peningkatan tersebut didorong oleh kuatnya konsumsi domestik, membaiknya ekspor, dan meningkatnya investasi.
Namun BI Jabar menyoroti adanya tantangan yang perlu diatasi, terutama terkait ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi kinerja ekspor. Produk rotan di Cirebon, Jawa Barat, ditujukan untuk ekspor ke luar negeri. ANTARA / Fathnur Rohman BI tetap optimis kebijakan hilirisasi industri dan percepatan digitalisasi yang dilakukan pemerintah dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Jawa Barat.
Lebih lanjut, Anwar menyoroti pentingnya digitalisasi untuk menjaga daya saing Jabar. Transformasi digital diyakini menawarkan peluang besar bagi kemajuan ekonomi.
BI juga menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Infrastruktur seperti jalan tol yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Jawa Barat, seperti tol Cisumdawu dan Bocimi, berperan penting dalam memperlancar mobilitas masyarakat dan distribusi barang.
Sedangkan di Cirebon, terdapat ruas Tol Sipali yang keberadaannya menunjang aktivitas pengiriman barang, termasuk produk rotan.
Didukung pemerintah dan BI, industri rotan Cirebon kini bergerak menuju digitalisasi. Potensi ekspor yang semakin besar sehingga memperkuat posisi produk sebagai karya unggulan yang mampu bersaing di pasar global. Penerbit : Ahmad Zaenal M
Leave a Reply