TEHERAN (ANTARA) – Iran membantah keras tuduhan keterlibatannya dalam rencana pembunuhan para pemimpin Amerika, termasuk Presiden terpilih Donald Trump.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Baghaei mengatakan tuduhan Departemen Kehakiman AS tidak berdasar.
Baghai mengatakan “tuduhan seperti itu” sebelumnya dibantah oleh Iran, dan menyebutnya sebagai “rencana jahat yang mengerikan” yang dirancang oleh Israel dan kelompok anti-Iran untuk memperumit masalah antara Amerika Serikat dan Iran.
Departemen Kehakiman AS telah mengajukan tuntutan terhadap seorang pria yang diduga ditugaskan oleh Iran untuk mengawasi dan mengatur pembunuhan mantan dan pejabat AS saat ini, termasuk Trump.
Dakwaan tersebut menuduh bahwa Farhad Shaker, 51 tahun, yang berasal dari Afghanistan, diduga berusaha membunuh Trump atas perintah Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menjelang pemilihan presiden AS.
Baghaei membantah tuduhan tersebut dan bersikeras bahwa Iran menggunakan semua proses hukum di negaranya dan di tingkat internasional untuk melindungi hak-hak bangsa Iran.
Komentar-komentar ini muncul setelah terpilihnya presiden Amerika Serikat baru-baru ini, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa hubungan dekatnya dengan Israel dapat memperburuk hubungan antara Teheran dan Washington.
Trump, yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2017 hingga 2021, dikenal karena pendekatannya yang konfrontatif terhadap Iran, terutama setelah pemerintahannya secara sukarela menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018.
Pembunuhan panglima militer tertinggi Iran, Jenderal Qasem Soleimani, pada Januari 2020 nyaris membawa kedua negara ke jurang konflik militer.
Awal pekan ini, juru bicara pemerintah Iran Fatemeh Mohajerani meremehkan hasil pemilu AS, dengan mengatakan “tidak masalah” siapa yang menjadi presiden.
Dalam jumpa pers di Teheran, Rabu (11 Juni), Mohajerani menegaskan kebijakan umum Iran tidak berubah.
Sumber: Anadolu
Trump kembali menghadapi ancaman, dan pelakunya telah ditangkap
Leave a Reply