JAKARTA (ANTARA) – Ratusan anggota Polres Metro Jakarta Timur dan Pasukan Reaksi Cepat (RRT) Bermob Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan besar-besaran dengan menggunakan senjata tajam di empat wilayah di Jakarta Timur pada Jumat malam.
Kamis malam (21-11), warga Caban Sing Kong (Derien Savit) dan Sepinang Jagal (Plugdang) bentrok dengan senjata tajam usai perang yang mengakibatkan satu orang tewas dan tiga lainnya luka-luka.
“Malam ini kami baku tembak dengan senjata tajam di empat distrik yaitu Kebon Sing Kong, Sepinang Mora, Jatinigara Kom dan Sepinang Jagal,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Pol Nicholas Ari Lalipali saat ditemui di Mapolres Polugading untuk memimpin. Jakarta Timur, Jumat malam.
Ia mengatakan, menjelang pemilu 27 November, senjata tajam dibersihkan demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.
“Itu salah satu pembatasan dan penindasan yang dilakukan polisi terhadap militan,” ujarnya.
Nicholas juga mengingatkan seluruh jajarannya untuk menjalankan operasi dengan penuh belas kasih dan sesuai prosedur kepolisian (SOP) untuk menemukan pelaku kejahatan dan barang bukti yang digunakan untuk merugikan musuh.
“Teruskan keselamatan dan kesehatan. Saat ada teman yang menyelidiki, ada juga teman yang mencari. Polisi harus bertindak dan menyikapi secara penuh, tidak boleh sembarangan,” tegas Nichols.
Sebelumnya, perselisihan antara warga Kebon Singkang, Kecamatan Daren Sawit dan Sepinang Jagal, Kecamatan Polugdong di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Daren Sawit, Jakarta Timur, menewaskan satu orang pada Kamis malam (21/11).
Pelaku konflik yang tewas diketahui bernama TH (52) saat wajahnya dilempari batu dan dibawa ke RS Polri Karamat.
Sementara itu, tiga orang korban luka dilarikan ke RS dan RS sahabat, antara lain ZA (15) yang terluka terkena panah di leher, HW (15) dan A (15).
Menurut Pak Nicholas, yang memulai konflik dan terluka serta tewas adalah warga Sepinang Jagal dan aliansinya.
Sementara itu, delapan pemuda pelaku kekerasan diamankan polisi pada Kamis malam (21/11).
Nichols menegaskan, ketika terjadi konflik, tidak ada yang menjadi korban, semua oranglah yang menjadi penyebab konflik tersebut.
“Bagi kami, kami berpikir dan memutuskan bahwa tidak ada korban dalam kejahatan kekerasan. Mereka semua adalah penjahat. Karena mereka semua saling menyerang,” ujarnya.
Bentrokan kedua kelompok warga tersebut sudah terjadi sebanyak empat kali pada bulan ini.
Leave a Reply