Surabaya (ANTARA) – PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) menerima penghargaan Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2024, sebagai penilaian di bidang keberlanjutan di Asia.
“Penghargaan ini semakin memperkuat posisi SIER sebagai pionir dalam pengelolaan kawasan industri ramah lingkungan. Dengan beberapa inisiatif inovatif, SIER akan terus menunjukkan kepemimpinan dalam industri berkelanjutan,” kata Direktur PT SIER Didik Prasetiono dalam keterangannya di Surabaya. , Jawa Timur, Jumat.
Salah satu proyek andalan saat ini adalah Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu Berkelanjutan (TPST) di Kawasan Industri Pasruan Rembang (PIER) yang menghadirkan zero waste ke TPA.
“Penghargaan ini merupakan pengakuan atas komitmen kami dalam menerapkan praktik keberlanjutan dan transparansi. Kami meyakini kawasan industri hijau bukan hanya masa depan tetapi juga tanggung jawab kita sebagai pelaku industri,” kata Didik.
Dengan meraih penghargaan ASRRAT, Didik menegaskan bahwa SEER masuk dalam jajaran perusahaan terkemuka yang pernah menerima penghargaan ASRRAT di masa lalu. Di antaranya Unilever Indonesia, Bank Mandiri, Pertamina, Pelindo, dan Telkom Indonesia.
Perusahaan ini dikenal karena menetapkan standar baru dalam keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dengan penghargaan ini, tambahnya, SEER memperkuat reputasinya sebagai pendorong utama pengembangan industri yang bertanggung jawab.
Di tengah tantangan pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan, keberhasilan SIER menjadi bukti bahwa keduanya dapat berjalan beriringan.
“Keberlanjutan bukan hanya sekedar tujuan, tapi juga sebuah kebutuhan. Kami bangga dan berharap dapat menjaga keberlangsungan praktik bisnis di kawasan industri,” kata Didik yang juga Wakil Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI). ).
Penghargaan ASRRAT diselenggarakan setiap tahun oleh National Center for Corporate Reporting (NCCR). Institut ini memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang menetapkan standar pelaporan keberlanjutan yang tinggi di Asia.
Acara yang telah berusia 20 tahun ini menghadirkan partisipasi perusahaan dari berbagai negara antara lain Indonesia, Filipina, Bangladesh, Rusia, dan Australia.
Juri tahun ini akan dipimpin oleh tokoh-tokoh penting seperti mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro dan ekonom berpengaruh lainnya.
Selain itu, juga melibatkan akademisi dan praktisi terkemuka di bidang keberlanjutan di Asia. Oleh karena itu, proses penilaian dilakukan secara ketat, andal, dan transparan.
Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Ketua Dewan Pengawas NCCR, mengatakan dalam Laporan Keberlanjutan Perusahaan Global OECD 2024 bahwa peningkatan pelaporan keberlanjutan tidak hanya memperkuat manajemen risiko, tetapi juga meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.
Dalam lanskap yang terus berkembang, perusahaan semakin sering dinilai berdasarkan kemampuannya dalam menunjukkan komitmen nyata terhadap praktik dan tujuan berkelanjutan.
Selain itu, dalam survei Morgan Stanley, 85 persen investor memilih investasi berkelanjutan pada tahun 2026. Hal ini menunjukkan semakin besarnya preferensi bagi perusahaan untuk menyelaraskan strateginya dengan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Salah satu contoh nyata adalah BlackRock, manajer aset terbesar di dunia. Pada tahun 2013, BlackRock mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam kerangka investasinya untuk meningkatkan manajemen risiko dan pengambilan keputusan berdasarkan data, sehingga menjadi standar industri baru,” katanya.
Meskipun kemajuan telah dicapai, tantangan besar dalam pelaporan keberlanjutan masih ada, tambahnya. Perusahaan seringkali menghadapi kendala seperti kerangka peraturan yang tidak konsisten dan kesulitan dalam verifikasi data, yang seringkali menghambat pelaporan yang komprehensif.
“Tantangan-tantangan ini juga memberikan peluang besar untuk melakukan inovasi. Teknologi baru dapat mengubah proses pelaporan, meningkatkan efisiensi dan keandalan. Misalnya, teknologi blockchain dapat menjamin transparansi dalam rantai pasokan dengan mencatat setiap transaksi, sehingga meningkatkan akuntabilitas,” ujarnya.
Menurut Bambang, ada tiga pilar transparansi dan akuntabilitas. Hal ini berarti mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam struktur tata kelola, menegakkan transparansi di seluruh rantai nilai, dan memberikan insentif serta pelatihan untuk akuntabilitas.
“Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat melampaui kepatuhan terhadap peraturan dan menginternalisasikan transparansi dan akuntabilitas sebagai inti dari praktik bisnis mereka. Hal ini tidak hanya membangun kepercayaan di antara para pemangku kepentingan tetapi juga meningkatkan perlindungan investasi dan ketahanan jangka panjang,” katanya.
Leave a Reply