Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Celios: 78 persen responden dukung RI netral dalam persaingan AS-China

Jakarta (ANTARA) – Laporan Survei Tiongkok-Indonesia 2024 yang dirilis Center for Economic and Law Studies (Celios) menunjukkan 78% responden mendukung posisi netral Indonesia dalam perang dagang persaingan AS-Tiongkok

Menurut Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira, hasil survei tersebut menyoroti pentingnya Indonesia mengelola posisinya dalam konteks persaingan geopolitik yang semakin meningkat.

Fakta bahwa 78% masyarakat Indonesia mendukung sikap netral dalam persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok mencerminkan keinginan kuat untuk mempertahankan otonomi nasional dalam politik luar negeri, kata Bhima dalam keterangannya, Jumat, di Jakarta.

Seiring dengan meningkatnya pengaruh Tiongkok, terutama di bidang investasi dan perdagangan, 51% responden menyatakan kekhawatirannya terhadap pengaruh ekonomi Tiongkok di Indonesia.

“Ini menjadi catatan penting bagi pemerintah Indonesia untuk tetap waspada, memastikan manfaat ekonomi dari hubungan ini tidak mengorbankan kedaulatan, lingkungan hidup, dan kesejahteraan rakyat,” kata Bhima.

Survei Tiongkok-Indonesia 2024 sendiri melibatkan 1.414 responden, dan bertujuan untuk memberikan visi yang lebih luas mengenai dinamika yang berkembang dalam hubungan Indonesia-Tiongkok, terutama di momen penting pasca peralihan kepemimpinan Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Berdasarkan hasil survei, seiring dengan meningkatnya pengaruh Tiongkok, khususnya di bidang investasi dan perdagangan, 51% responden menyatakan kekhawatirannya terhadap pengaruh ekonomi Tiongkok di Indonesia.

“Ini menjadi catatan penting bagi pemerintah Indonesia untuk tetap waspada, memastikan manfaat ekonomi dari hubungan ini tidak mengorbankan kedaulatan, lingkungan hidup, dan kesejahteraan rakyat,” kata Bhima.

Dalam satu dekade terakhir, Indonesia dan Tiongkok, dua negara dengan pengaruh terbesar di Asia, menjalin hubungan bilateral yang semakin intensif. Hal ini tercermin dalam kerja sama ekonomi yang signifikan di bawah naungan Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ambisius yang diprakarsai oleh Tiongkok.

Negara “tirai bambu” ini telah menggelontorkan dana investasi besar-besaran ke bidang infrastruktur, mineral penting, energi, dan sektor-sektor besar lainnya. Meski hubungan ekonomi kedua negara sangat kuat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam keseimbangan masalah ketergantungan, kedaulatan, dan geopolitik dalam hubungannya dengan Tiongkok.

Direktur Celios China-Indonesia Desk Zulfikar Rakhmat mengatakan survei Tiongkok-Indonesia tahun 2024 menyoroti semakin kompleksnya hubungan antara Indonesia dan Tiongkok.

Dalam survei tersebut, 58% responden menyarankan agar pemerintah Indonesia meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Persentase tersebut menunjukkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempererat kerja sama kedua negara, khususnya di bidang perekonomian.

Meskipun pemerintah Indonesia menyadari pentingnya manfaat ekonomi yang didapat dari Tiongkok, penting untuk mendorong kerja sama yang saling menguntungkan dengan tetap menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.

“Antusiasme Indonesia dalam memperkuat perannya di kancah dunia patut diapresiasi, namun penting untuk terus berhati-hati dalam mengelola kerja sama dengan mitra internasional, terutama terkait masalah ketergantungan yang berlebihan dan potensi pengaruh politik yang besar,” Zulfikar dikatakan. .

Lebih lanjut, Bhima menambahkan, persepsi masyarakat terhadap proyek infrastruktur China di Indonesia masih bermasalah. Sekitar 44% responden menyatakan proyek infrastruktur Tiongkok mempunyai dampak negatif terbesar terhadap hubungan Indonesia-Tiongkok.

“Kekhawatiran terhadap infrastruktur ini disebabkan oleh fakta bahwa 43% responden setuju bahwa Tiongkok berperan dalam perusakan lingkungan di Indonesia. investasi yang baik,” tambah Bhima.

Lebih lanjut, Bhima juga menyoroti peran Tiongkok dalam permasalahan regional dan energi. Sebanyak 66% masyarakat Indonesia masih percaya bahwa Tiongkok memiliki pengaruh politik yang positif di Indonesia, dan 51% percaya bahwa Tiongkok mampu memimpin dunia.

Selain itu, peneliti Celios Yeta Purnama mengatakan hasil survei menunjukkan beragam pandangan masyarakat, mulai dari optimisme terhadap potensi ekonomi hubungan Tiongkok-Indonesia hingga kekhawatiran terhadap degradasi lingkungan dan dampak budaya. Meskipun Tiongkok dianggap sebagai mitra penting, terdapat kekhawatiran besar mengenai dampak sosial dan lingkungan dari investasi Tiongkok di Indonesia.

“Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk terlibat dalam diskusi lebih dalam dan pengambilan kebijakan proaktif untuk memastikan hubungan masa depan dengan Tiongkok memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat,” ujarnya.

Kemudian Celios menyoroti harapan agar survei ini dapat dilakukan setiap tahun, untuk memberikan informasi dan mendorong pemahaman yang lebih mendalam bagi berbagai pihak, termasuk pejabat pemerintah, peneliti akademis, jurnalis, dan masyarakat umum.

Dengan mengikuti inisiatif ini, Celios percaya bahwa survei ini akan menjadi alat penting untuk memberikan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan politik, memperkaya diskusi akademis, dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perkembangan hubungan antara Tiongkok dan Indonesia yang terus berkembang.

Lebih lanjut, Celios berkomitmen untuk terus memantau, menganalisis, dan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai dinamika perubahan antara Tiongkok dan Indonesia di masa depan, serta memastikan bahwa penelitian ini tetap menjadi sumber penting dalam mengatasi kompleksitas hubungan bilateral ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *