Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Ulama: Perlu cermat memboikot produk agar tak berdampak pada ekonomi

JAKARTA (ANTARA) – Sejumlah ulama yang mengikuti Forum Bahtsul Masa’il yang digelar di Pondok Buntet, Cirebon, mengatakan masyarakat harus berhati-hati dalam memboikot produk yang diduga terkait dengan Israel, jangan sampai berdampak pada sektor perekonomian.

“Perlu adanya bukti yang kuat dan dapat diandalkan bagi perusahaan yang dituduh memiliki hubungan dengan Israel,” kata Ketua Bahtsul Masail Se-Jawa Madura Abbas Fahim dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Abbas mengatakan, sebaiknya kegiatan boikot dilakukan berdasarkan legitimasi syariah yang kuat agar tidak salah sasaran dan merugikan masyarakat Indonesia.

Menurut hukum Islam, boikot diperbolehkan untuk memprotes ketidakadilan. Para ulama juga sepakat bahwa boikot diperbolehkan dengan dua syarat, yakni terdapat bukti bahwa produk tersebut ada kaitannya dengan pihak yang zalim.

Kedua, aksi boikot tidak boleh menimbulkan dampak negatif yang serius seperti PHK besar-besaran tanpa penyelesaian. Misalnya, PT Rekso Nasional Food, pemilik lisensi McDonald’s di Indonesia, sering menjadi sasaran boikot karena diduga memiliki hubungan dengan Israel.

Kegiatan ini memberikan dampak ekonomi, khususnya bagi karyawan lokal yang bekerja di lokasi waralaba terkait.

Oleh karena itu, kami menghimbau masyarakat lebih berhati-hati dan selektif dalam menyikapi informasi mengenai daftar produk yang diboikot tersebut. “Selanjutnya, kami menyarankan agar keputusan mengenai boikot produk harus diambil melalui kebijakan pemerintah, dengan mempertimbangkan dampaknya yang luas dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat.”

Ilmuwan Muslim Indonesia Prof. Quraisy Shihab mengimbau masyarakat lebih berhati-hati dalam melakukan boikot.

Ia menyoroti daftar produk yang beredar di jejaring sosial, dan menurutnya, beberapa di antaranya tidak perlu diboikot.

“Pada dasarnya, haruskah kita memboikot mereka yang secara terbuka membantu Israel dan menghitung mereka yang tidak membantu, apakah Israel akan rugi lebih banyak atau justru kita yang rugi lebih banyak?” ujar lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Sementara itu, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Tebuireng (BWPT) KH. Abdul Halim Mahfudz menjelaskan, ajaran Islam tidak pernah membenarkan pemboikotan produk yang dikatakan terkait dengan Israel tanpa bukti nyata.

Sebab, tindakan tersebut bisa menjadi fitnah terhadap perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, kriteria seluruh produk yang diduga terkait dengan Israel harus jelas. Begitu pula dengan standar yang menyatakan bahwa produk mendukung Israel.

Apalagi, kata dia, belum ada lembaga yang mengonfirmasi daftar perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan Israel sehingga memicu rumor boikot.

“Keputusan tidak bisa diambil secara sewenang-wenang dalam Islam. Semuanya harus ada argumentasinya, undang-undangnya, kriterianya, standarnya,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *