Jakarta (ANTARA) – Hasran, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), mengungkapkan UMKM digital Indonesia menghadapi banyak kendala dalam pertumbuhannya, seperti sulitnya menjangkau pelanggan dan lemahnya persaingan.
Menurutnya, usaha kecil menghadapi tantangan dalam menjangkau pelanggan, sedangkan usaha kecil menghadapi hambatan akses permodalan, biaya pemasaran, dan tantangan.
“Bagi perusahaan kecil yang sedang berinovasi semakin sulit mendapatkan modal sebesar harga beli, karena adanya keinginan untuk membeli mesin murah untuk material, namun dihadapkan pada tantangan strategis dan ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh UKM. mendengarkan skala usahanya,” kata Hasran dalam webinar yang ditonton secara online di Jakarta, Selasa.
Selain itu, lemahnya daya saing UKM digital menjadi permasalahan tersendiri. Ini tentang kemampuan berjualan online dan membeli produk digital serta menggunakan platform, yang merupakan masalah tersendiri.
Tak ketinggalan sertifikasi, diferensiasi produk menjadi bagian yang sangat penting dalam peningkatan usaha para pengusaha UMKM.
Dari segi permodalan, investor juga terkendala dengan persyaratan kredit perseorangan (KUR) yang seringkali harus mendapat persetujuan untuk mengajukan pinjaman.
“KUR kecil ini butuh agunan, tapi kalau mau naik rata-rata butuh Rp 100 juta lebih tapi mereka tidak punya empat bukti, jadi patokan KUR-nya tidak tetap,” tegasnya.
Hal lainnya adalah jumlah talenta digital di Indonesia hampir tidak mencukupi, padahal untuk mencari talenta digital membutuhkan biaya yang tidak sedikit, meskipun tersedia.
Karena permasalahan yang ada saat ini, kelompoknya pun merekomendasikan pemerintah untuk membuat organisasi usaha kesehatan digital agar bisa bersaing ‘nol’. Hal ini mencakup langkah-langkah untuk memfasilitasi bisnis, memenuhi standar produk, meningkatkan penjualan, memfasilitasi akses terhadap bahan mentah, dan mendukung pembiayaan bisnis.
Pada saat yang sama, investor diharapkan memberikan peluang kepada UKM untuk meningkatkan kapasitas dan menyediakan platform pembelian untuk berpartisipasi dalam produksi bahan guna mengurangi kesenjangan keterampilan.
Ia juga menyarankan agar lembaga keuangan dapat memberikan permodalan dan kondisi yang sesuai bagi UKM di setiap tahap pertumbuhannya, serta memberikan layanan dan konsultasi melalui program pelatihan keuangan bagi UKM.
Leave a Reply