Jakarta (ANTARA) – Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan tingkat okupansi hotel saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan turun 10 persen dibandingkan tahun lalu.
“Jadi kalau kita bicara bertahan, mungkin akan berkurang 10 persen dibandingkan tahun lalu, kemungkinan seperti itu. “Kalau kita lihat situasinya seperti ini,” kata Ketua Umum PHRI Hariadi Sukamdani dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Hariadi mengatakan penurunan ini disebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Rata-rata kehadiran Natal diperkirakan turun 45 persen secara nasional dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan pantauan PHRI hingga 19 November 2024, proses pemesanan kamar hotel terbilang lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Meskipun hotel-hotel ini adalah pilihan paling populer bagi wisatawan, namun harganya stabil.
Misalnya saja hotel di kawasan wisata populer seperti Malioboro di DI Yogyakarta.
“Sebagai upaya ke depan, kami berupaya menciptakan paket-paket Natal dan Tahun Baru yang lebih kompetitif. Dari harga, daya tarik, keuntungan dan lain-lain, itu akan kita lakukan, tapi kita lihat saja (keadaannya) mulai 1 Desember nanti. kata Hariadi.
Alasan lain yang diyakini menjadi penyebab menurunnya jumlah masyarakat yang menginap di hotel adalah semakin banyaknya kasus perjudian online (judol) yang terjadi di masyarakat. Berdasarkan hasil survei PHRI, perjudian online memberikan dampak negatif terhadap industri hotel dan restoran secara umum.
“Bertaruh di Internet memiliki dampak yang sangat tinggi, oleh karena itu berdampak luas pada rantai. Ini adalah (masalah) yang umum terjadi di masyarakat kelas menengah ke bawah. Dia berkata: “Kami berharap pemerintah bertekad untuk memberantas perjudian online.
Leave a Reply