Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Pakar: Rutin evaluasi pertumbuhan anak bisa cegah stunting primer

Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan dari Unit Kerja Koordinasi Gizi dan Penyakit Metabolik (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Meta Hanindita, Sp.A(K) mengingatkan para ibu rumah tangga untuk rutin melakukan asesmen tumbuh kembang anak untuk mencegah stunting primer yang kasusnya masih banyak ditemukan di Jakarta.

Caranya dengan rutin menimbang berat badan, mengukur panjang atau tinggi badan menggunakan alat standar dengan benar setiap bulannya, ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Meta menjelaskan, dengan memantau anak setiap bulan dapat diketahui kondisi normalnya sesuai usia.

Oleh karena itu, kewenangan pencegahan primer ada pada tingkat kader di posyandu.

“Di posyandu, jika anak yang diukur dan ditimbang ternyata berat badan atau panjang badannya rendah, atau status gizinya buruk atau pertambahan berat badannya mulai menurun, maka segera dikirim ke puskesmas,” kata Meta.

Kemudian, jika anak sudah dirujuk ke puskesmas, termasuk pencegahan sekunder. Menurut Meta, petugas kesehatan di puskesmas harus memastikan kembali kondisi anak tersebut dengan mengukur kembali tinggi dan berat badan anak.

Apabila dokter di puskesmas menemukan seorang anak menderita gangguan gizi, maka ia harus mencari penyebabnya dan mengobatinya.

“Jika terindikasi (ada masalah nutrisi), bisa diberikan terapi nutrisi,” kata Meta.

Kemudian, bila dalam waktu satu atau dua minggu tidak ada perbaikan di puskesmas, sebaiknya dokter keluarga menghubungi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) agar anak dapat ditangani oleh dokter anak.

“Kalau datang ke dokter spesialis anak, itu namanya pencegahan tersier. Hal ini dilakukan terhadap anak yang tidak dapat dikelola dengan baik di puskesmas.

Rasa perih masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Meskipun prevalensinya mengalami penurunan dari 30,8% pada tahun 2018 menjadi 21,5% pada tahun 2023. Oleh karena itu, pemerintah pusat menargetkan penurunan angka stunting sebesar 18% pada tahun 2025.

Sementara itu, khusus di Jakarta, data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan sebanyak 36.664 anak balita menghadapi masalah gizi pada Januari hingga Agustus 2024.

Dari data tersebut, sebanyak 26,74% (atau 10.340 anak) menderita stunting, kemudian 4,24% (atau 1.638 anak) menderita gizi buruk, kemudian 26,32% (atau 10.178 anak) menderita gizi buruk, dan sekitar 42,70% (atau 16.508 anak) menderita gizi buruk. dari gizi buruk yang parah.

Namun dari 10.340 kasus sakit maag, 5.969 anak sudah membaik dan 4.371 anak masih berjuang mengatasi kondisinya.

Dalam menurunkan stunting, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan berbagai pihak melalui program Jakarta Beraksi (Bergerak Mengatasi Stunting).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *