Tokyo (ANTARA) – Sutradara Indonesia Nia Dinata yang ditunjuk sebagai juri Festival Film Internasional Tokyo 2024 kategori Masa Depan Asia melihat geografi sebagai salah satu faktor dalam menilai film-film tersebut.
“Kalau saya pribadi (menilainya dengan melihat) dari segi geografis. Apalagi saat ini dunia sudah menjadi kacau secara geografis. “Isu politik yang sehari-hari kita lihat di pemberitaan umum tentu Timur Tengah, Amerika, konflik Israel-Palestina,” ujarnya kepada ANTARA, Senin, saat berada di Tokyo.
“Tapi karena ini Asia, saya bisa melihat film-film yang mungkin tidak semuanya berbicara tentang politik, tapi melalui drama, melalui karakter kehidupan nyata yang digambarkan dalam film tersebut, kita bisa melihat situasi politik di negara itu.” tambah Nia.
Nia juga menekankan pentingnya melihat situasi global ketika mengevaluasi sebuah film, dan film yang bagus dapat mencerminkan cerita yang disampaikannya.
“Kalau kita jadi hakim tahun 2024, kita harus menempatkan diri kita pada situasi itu, di Asia dan di dunia tahun ini, aspek mana yang harus kita perhatikan,” kata Nia.
“Jadi kalau filmnya tidak (mewakili), dunia sedang membicarakan masalah lingkungan, isu perempuan, tapi ternyata yang kita pilih tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan, saya tidak mau itu. Saya mau semuanya relevan tahun ini” karena “Festival tahun ini istimewa,” katanya.
Ia mencontohkan film asal Malaysia yang juga masuk dalam rubrik Asian Future anak Pavane yang menampilkan perbedaan kehidupan masyarakat keturunan Melayu dan Tionghoa di negeri jiran tersebut.
Ini termasuk film-film dari Iran, Tiongkok dan Jepang yang mewakili geografi negara mereka.
Terdapat 10 film yang masuk dalam kategori Asia Future, yaitu Apollon by Day Athena by Night (Turki), Black Ox (Jepang/Taiwan/USA), The Bora (Iran), The Missing Child Videotape (Jepang), Pavane of the Malaysian Child), Sima Song (Spanyol/Belanda/Prancis/Taiwan/Yunani/Afghanistan), Three Goats Set Down (AS), Valley of the Shadow of Death (Hong Kong), Ship Island (AS) dan Wait Until Spring (Iran).
Sutradara film Arisan! Ia yakin film-film ini mewakili arah masa depan film Asia.
Menurut Nia, bidang lain yang dinilai adalah isu kemiskinan dan perempuan.
Kedua hal tersebut masih menjadi fokus karena kesenjangan yang masih besar di negara-negara Asia dan terkait dengan situasi perempuan di negara-negara tersebut.
“Baik aspek geopolitik maupun kemiskinan juga berkaitan dengan apa yang dihadapi perempuan di negara ini,” ujarnya.
Leave a Reply