Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Guru Besar ISI ungkap perubahan dalam dunia wayang

Jakarta (ANTARA) – Profesor Institut Seni Indonesia Prof. Dr. Soetarno, DEA. Memberikan gambaran mendalam tentang perubahan dunia wayang, khususnya yang terjadi sejak tahun 1980-an.

“Di era saat ini atau saat ini, perubahan bisa terjadi. Menurut pengamatan saya, ada tiga perubahan yang sangat penting,” kata Soetarno dalam dialog budaya “Nilai Etika Wayang dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” di Gedung DPR. Gedung Wayang Kautaman, Jakarta pada Kamis.

Pertama, ia menyoroti adanya kontinum epistemologis filosofis, dimana adegan wayang yang dulunya sarat nilai spiritual dan sakral kini lebih mengarah pada hiburan.

Kedua, adanya diskontinuitas estetika, dimana pertunjukan wayang saat ini lebih mengutamakan kepentingan penonton dibandingkan standar estetika yang diajarkan oleh para praktisi wayang.

Terakhir, ia berbicara tentang keberlanjutan sosial ekonomi, dengan semakin kuatnya unsur glamor dan hiburan instan dalam wayang, semakin memudarkan nilai-nilai luhur yang ada sebelumnya.

Namun meski terjadi perubahan besar, Profesor ISI menekankan pentingnya menjaga nilai estetika dalam pertunjukan wayang.

Ia memuji pemain seperti Naso Sabdo yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dalam penampilannya, seperti yang terlihat pada tahun 1980-an di Karnotanding Surakarta.

Selain itu, ia juga mencontohkan kisah Adipati Karna dalam Mahabharata sebagai contoh dilema moral yang relevan, dimana ia harus melawan saudaranya Arjuna, berdasarkan keterpaksaan, bukan perasaan pribadi, untuk menunjukkan moralitas.

Hal ini ia kaitkan dengan ajaran Immanuel Kant yang menekankan bahwa perilaku moral harus dilandasi oleh keterpaksaan.

Kant mengajarkan bahwa orang harus mendasarkan tindakan mereka pada tugas dan bukan pada yang lain. Baik untuk keluarga, atau untuk individu, dan sebagainya.

Ia juga menekankan pentingnya “perilaku utama”, nilai-nilai moral yang mengajarkan masyarakat untuk bertindak dengan kasih sayang, toleransi, dan melindungi kebenaran.

Menurut dia, nilai tersebut hendaknya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar tercipta kerukunan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *