Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) sedang menyusun rencana strategis untuk mendukung industri penyiaran dalam menghadapi tantangan era digital.
Direktorat Jenderal Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Pendidikan Tinggi sedang menyusun rancangan strategi tahun 2025-2029 untuk memenuhi kebutuhan industri penyiaran, kata Nazar di Jakarta, Rabu.
Dalam merencanakan strategi ini, Nezer mengatakan kontribusi para pelaku industri penyiaran diharapkan dapat membantu mencari solusi untuk menghadapi tantangan baru.
“Industri penyiaran harus terus menerapkan prinsip agility dan adaptability, terutama dalam pengembangan strategi,” ujarnya.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi harus dibarengi dengan pengembangan talenta di industri penyiaran.
Menurutnya, industri penyiaran harus berinvestasi dalam upaya meningkatkan keterampilan berbasis teknologi, termasuk keterampilan praktis dan keterampilan bisnis.
Nezer juga menyebutkan beberapa tantangan yang dihadapi industri penyiaran, termasuk distribusi penonton.
“Penonton industri penyiaran saat ini mengalami fragmentasi yang luar biasa,” ujarnya.
Menurutnya, perubahan kebiasaan konsumsi media membuat khalayak industri penyiaran tidak lagi terkonsentrasi pada saluran televisi atau radio seperti dulu, namun kini tersebar di berbagai platform digital.
Situasi ini menuntut industri penyiaran untuk beradaptasi dan berupaya menarik perhatian khalayak.
Tantangan lain yang dihadapi para pelaku industri penyiaran saat ini, menurut Nezer, adalah kelebihan pasokan konten akibat kemudahan dalam membuat dan menyiarkan konten di berbagai platform digital.
Saat ini, teknologi memungkinkan siapa saja menjadi produser konten dan mendistribusikannya di platform seperti TikTok. Konten yang ditampilkan di platform media sosial tersebut mampu menarik perhatian jutaan pemirsa.
Menurut Nazar, kondisi seperti ini membuat persaingan di industri penyiaran semakin ketat.
“Iya jangan tanya isinya apa. Maksudku, kadang lagu-lagu lucu atau konyol itu bisa jadi hiburan ya, bisa menarik banyak perhatian masyarakat,” ujarnya.
Nezer mengatakan industri penyiaran saat ini juga menghadapi tantangan keberlanjutan karena digitalisasi telah mengubah lanskap aliran pendapatan industri penyiaran.
“Jadi kita harus mencari lagi model bisnis baru yang bisa menjamin keberlanjutan,” ujarnya.
Selain itu, risiko pelanggaran hak cipta dan pembajakan meningkat mengingat masifnya distribusi konten digital, ujarnya.
Banyak konten yang diambil secara ilegal dan diunggah ulang tanpa izin. Praktek-praktek seperti ini merugikan pencipta asli, yang telah menginvestasikan biaya dan tenaga yang sangat besar dalam proses produksi.
“Jadi ini juga membahayakan kelangsungan dan keamanan hak-hak mereka yang membuat atau memproduksi konten dengan usaha yang besar dan biaya yang besar, kemudian dicuri begitu saja untuk kepentingan komersial pihak lain. “Tentu saja” ini tidak adil dan memang demikian. suatu perbuatan yang melanggar hukum,” jelas Nezer.
Ia juga mencontohkan tantangan yang ditimbulkan oleh kehadiran kecerdasan buatan di industri penyiaran.
Dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan, lanjutnya, redaksi tidak lagi diperlukan. Membuat pesan juga menjadi lebih mudah dengan dukungan teknologi ini.
“Kemudian nanti aplikasinya terhubung langsung ke platform dan platform ini punya algoritma dimana model bahasanya dibuat, pemodelannya dibuat, jadi misalnya kita bisa memilih transkripnya akan ditulis dengan gaya media tertentu, yang tentunya akan mengganggu pola produksi ruang redaksi,” kata Nezer.
“Ini juga tantangan yang sangat serius dan tidak akan memakan waktu lama. Ya, mungkin kita akan melihat platform seperti itu tahun depan. Saat ini kita sedang mengerjakannya. Jadi kita harus siap menghadapi guncangan baru yang akan muncul di masa mendatang. tahun,” jelasnya.
Leave a Reply