Jakarta (ANTARA) – Pantai Muara Bungin yang terletak di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, memiliki kekayaan perekonomian laut dan perairan. Selain sebagai wisata bahari dan habitat mangrove, masyarakat setempat membudidayakan rumput laut sebagai sumber pendapatan.
Selama ini budidaya alga Gracilia sp di kolam Kampung Bungin belum memberikan hasil yang memuaskan. Warga juga mengeluhkan produksi susu yang rendah bahkan banyak yang meninggal karena pupuk atau unsur hara kimia.
Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus membuat ekosistem menjadi tidak sehat. Selain itu, saat air pasang, salinitas atau salinitas air laut tinggi. Karena itu, para petambak laut pun merugi.
Permasalahan peternak seafood dan sapi perah di Desa Bungin teratasi setelah PT Pegadaian bersama TNI Angkatan Laut (AL) dan Persatuan Petani dan Nelayan Indonesia (Intani) mengadakan workshop pada Juli 2023.
Melalui program Kampung Bahari Nusantara, tiga kelompok petani mendapatkan pelatihan pertanian organik. Upaya-upaya ini bertujuan lebih dari sekedar meningkatkan produksi makanan laut dan susu. Selain itu, pertanian berkelanjutan mengacu pada membantu memulihkan ekosistem yang sehat.
Direktur Pengembangan Pertanian Organik sekaligus Direktur Yayasan Selaras Alam Hatulistiwa Baharudin Rahman mengatakan, pihaknya memberikan edukasi dan mendorong perubahan pola pikir petani mengapa harus terjun ke bidang pertanian. Sebab bahan organik tidak hanya untuk meningkatkan produktifitas atau produktifitas saja, namun juga untuk mengembalikan kesuburan kolam.
Warga diingatkan bahwa ekosistem yang rusak dapat menjadi sarang hama dan penyakit lainnya, sehingga membuat pengomposan menjadi kurang efektif. Akhirnya aktivitas petani menjadi semakin mahal.
Oleh karena itu, pertanian organik adalah jawabannya. Dalam program Kampung Bahari Nusantara, para petani dilatih untuk memproduksi pupuk dan unsur hara dengan menggunakan bahan-bahan organik yang terdapat di pantai Muara Bungin, seperti akar dan getah bakau, air kelapa, dll.
Bakteri menguntungkan yang terdapat pada kompos tidak hanya menjaga kesehatan rumput laut, tetapi juga menjadi makanan bagi milkweed di kolam yang sama. Dengan demikian, biaya produksi petani menjadi lebih murah.
Pelatihan ini tidak hanya mencakup aspek teknis produksi pupuk. Petani juga dibantu secara bertahap dalam menggunakan cara budidaya rumput laut terbaik, mulai dari penyiapan dan pengeringan tanah tambak, pemberian pakan atau pupuk, penambahan air dan penanaman rumput laut hingga penanaman milkweed.
Melalui pelatihan dan pendampingan ini, manfaat besar bisa dipetik. Sebelumnya, 1 hektar tanah tambak hanya menghasilkan 8 inci per 1 ton alga basah. Kini, dengan biaya operasional yang murah karena penggunaan unsur hara organik, bisa diperoleh 2,5 ton rumput laut dari 1 hektar lahan tambak.
Selain itu, pertumbuhan susu pun meningkat. Lingkungan kolam yang sehat berarti produksi susu lebih cepat.
Meski lokakarya ini telah dilaksanakan tahun lalu, namun pihak yayasan terus memantau kondisi cekungan laut di Desa Bungin.
Alga Gracilaria adalah spesies rumput laut yang paling banyak ditanam dan komersial. Rumput laut jenis ini merupakan salah satu produk budidaya perikanan terbaik dan bernilai tinggi. Gracilaria banyak digunakan dalam industri makanan dan non makanan, seperti kosmetik dan obat-obatan.
Namun menurut Burhanudin, petani di Desa Bungin masih menghadapi tantangan dalam memasarkan rumput laut. Fluktuasi harga rumput laut menjadi permasalahan bagi penjual dan pengepul.
Oleh karena itu, kami meyakini Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) P.T. Pegadayan dan pihak lainnya dapat melanjutkan pelatihan dan penyuluhan pada tahap akhir panen rumput laut di desa Bungin. Kami juga yakin UMKM lokal yang memanfaatkan hasil laut dapat dikembangkan untuk kepentingan perekonomian secara keseluruhan.
Setidaknya mereka melihat dampak produksinya: dari 1 menjadi 2,5 ton dengan biaya produksi rendah karena menggunakan nutrisi dari bahan lokal.
Program Kampung Bahari Nusantara di Kampung Bungin belum benar-benar memberdayakan para petani kelautan. Kedepannya program ini akan dikembangkan lebih lanjut guna memberikan bantuan dalam bidang berkebun. Hal ini dikarenakan Desa Bungin mempunyai peluang untuk mengembangkan pertanian selain produksi rumput laut.
Bukan hanya pertanian. Selain itu, PT Pegadaian bersama TNI Angkatan Laut juga berupaya berkontribusi di bidang kesehatan dan pendidikan dengan merenovasi pusat pelayanan komprehensif (posyandu), Taman Pendidikan Mengaji (TPQ), mendirikan gerbang dan membangun musala di tempat tersebut. .
Setelah renovasi, masyarakat setempat menjadi lebih mudah untuk mengunjungi desa tersebut. Selain pemeriksaan rutin pada anak kecil, Posyandu Kampung Bungin juga digunakan untuk edukasi masalah kesehatan ibu dan anak, seperti edukasi pencegahan dan pengobatan penyakit.
Hal serupa juga terjadi di TPQ Kampung Bungin pasca renovasi. Jumlah anak belajar membaca Al-Qur’an semakin meningkat karena banyaknya kesempatan. Siswa TPQ Kampung Bungin berjumlah sekitar 50 orang, serta tenaga pengajar karang taruna yang aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
Proyek Kampung Bahari Nusantara juga menjadi simbol pembangunan berkelanjutan di desa. Melalui program ini, masyarakat pedesaan menjadi entitas mandiri dan bukan sekedar penerima manfaat. Sesuai dengan tujuan kelangsungan hidup Kampung Bahari Nusantara, kondisi kehidupan warga Kampung Bungin kini berangsur-angsur meningkat.
Leave a Reply