Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

OJK Bali genjot skema “close loop” dukung sektor pertanian

Denpasar (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan Bali (OJK) memperkuat skema lock-in atau model kemitraan agribisnis hulu ke hilir untuk mendukung sektor pertanian agar sejalan dengan pertumbuhan sektor pariwisata.

“Dengan skema ini, bukan petani secara individu, tapi kelompok yang dilindungi asuransi pertanian dan ada pembeli (pembeli hasil pertanian),” kata Kepala OJK Bali Kristiyanti Puji Rahayu di Denpasar, Jumat.

Ia berharap BUMD atau Badan Usaha Milik Daerah (Perumda) di Bali dijadikan sasaran sebagai acquirer yang menyerap produk pertanian untuk memberikan rasa aman kepada petani.

OJK, kata dia, melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Bali sudah memiliki beberapa percontohan di dekatnya, antara lain pertanian kakao di Kabupaten Jembrana yang melibatkan kelompok tani, perbankan, dan koperasi.

Skema serupa juga diterapkan di Kabupaten Tabanan untuk barang-barang beras jenis mentik susu.

Hadirnya kemitraan hulu dan hilir termasuk dunia usaha juga diharapkan dapat meningkatkan minat lembaga jasa keuangan dalam menyalurkan pembiayaan khususnya kepada kelompok tani, termasuk melalui Skema Kredit Pembiayaan Sektor Prioritas (PSF).

Diharapkan sektor pertanian dapat berkembang dan menunjang selain sektor pariwisata, khususnya pada sektor akomodasi, makanan dan minuman yang menjadi garda terdepan dalam penyerapan realisasi kredit.

Langkah tersebut tercermin dari membaiknya Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Bali pada September 2024 mencapai 98,36 persen atau meningkat 0,06 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. . (BPS).

NTP merupakan indikator untuk memahami tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan.

Berdasarkan data OJK Bali periode Januari-Agustus 2024, besaran realisasi kredit di Pulau Dewata mencapai Rp110,17 triliun atau meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Sejak pinjaman tersebut direalisasikan, komposisi pinjaman pertanian mencapai 5,34 persen dan penyalurannya mencapai Rp 5,88 ribu miliar, tercatat tumbuh 12,41 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penyaluran kredit terbesar yang mencapai 34 persen merupakan kredit konsumsi, disusul kredit dari sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 29,40 persen, serta sektor akomodasi, makanan dan minuman sebesar 11,24 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *