Aceh (ANTARA) – Pabriknya memang terlihat tidak besar, namun manfaat dan nilainya bisa masuk ke pasar dunia hingga menaikkan nilai tukar. Tak terkecuali, fungsi utama dupa atau daun nilam wangi adalah dapat diolah menjadi minyak atsiri untuk meningkatkan aromanya.
Kualitas nilam di Aceh bahkan terbukti terbaik di dunia karena geografi wilayah tersebut sangat cocok untuk lahan pertanian seperti nilam.
Di laboratorium, masih tercium aroma berbeda, Saifullah Muhammad, kepala Critical Research Center (CRC) Universitas Saya Kuala (USK) berdiri di sepetak tanaman nilam. Di balik wajah cerdasnya terdapat keyakinan akan potensi besar yang dimiliki tanaman ini.
Baginya, nilam lebih dari sekedar tanaman. Nilam merupakan produk yang dapat mengubah nasib ribuan petani, jika kita melihatnya lebih dari sekedar daun mentah, yang penting gugur.
Saifullah telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mempelajari dan memproduksi minyak atsiri di Indonesia. Di ARC USK, ia dan tim berkolaborasi dalam pengolahan nilam untuk menciptakan produk bernilai tinggi yang siap bersaing di pasar internasional.
Menurut Saifullah, Indonesia masih fokus mengekspor bahan mentah tanpa biaya tambahan. Faktanya, jika standar yang lebih rendah dipenuhi, petani mempunyai peluang besar untuk mengubah nilam menjadi komoditas yang lebih bernilai di pasar internasional.
Pentingnya pengurangan
Nilam merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dikenal sebagai komponen utama minyak atsiri yang banyak digunakan dalam produk parfum, kosmetik, dan aromaterapi.
Namun, kepulauan Indonesia hanya menyumbang sebagian kecil dari nilai produk berbasis nilam dunia. Selama bertahun-tahun, para petani di Aceh dan daerah lain hanya bisa mengekspor minyak nilam mentah tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar.
Pertimbangkan apakah kita mengirimkan dalam bentuk produk jadi atau setengah jadi. Bukan hanya petani yang lebih untung, namun lapangan kerja baru pun tercipta di sektor bisnis. Jika kita ingin menurunkan berat badan, nilam bisa menjadi penolong mata uang yang hebat.
Upaya pengurangan nilam di ARC USK dimulai dari hal sederhana yaitu meningkatkan kualitas daun nilam dari petani. Dengan memberikan pelatihan pengolahan yang baik dan benar kepada petani, ARC USK mampu menghasilkan daun nilam terbaik.
Langkah selanjutnya adalah proses penyulingan rumah sakit. Penyulingan lebih dari sekedar memanaskan daun hingga keluar minyaknya. Proses ini juga menjaga kualitas, aroma dan konsistensi minyak tetap stabil.
Minyak nilam tidak hanya diproduksi sebagai bahan mentah saja, dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh sekolah yang merupakan sekolah tertua di wilayah Aceh. Kini minyak tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti bahan baku parfum organik, minyak aromatik, obat-obatan, dan kosmetik.
Langkah-langkah berikut tidak hanya akan meningkatkan harga jual Anda, tetapi juga membuka jalan untuk ekspansi.
Tidak perlu bergantung pada peralatan mekanik atau peralatan besar, antar petani bisa dijalankan dengan konsentrasi aliran rendah jika pengolahan dan hasilnya berhasil.
Saifullah dan timnya selalu berupaya menyederhanakan penyulingan bagi petani, mengurangi produksi minyak atsiri, menaikkan harga internasional dan meningkatkan efisiensi.
Namun, upaya menghilangkan nilam bukanlah perjalanan yang mudah. Dukungan pemerintah menjadi salah satu kuncinya. Pada saat yang sama, pemerintah mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan produk lokal, mendukung semua upaya di bawah ini.
Bantuan teknologi, dukungan finansial dan pelatihan bagi petani merupakan beberapa model dukungan pemerintah saat ini.
Selain itu, pusat penelitian utama bekerjasama dengan berbagai pihak swasta dan akademisi untuk meningkatkan inovasi produk nilam. Oleh karena itu, penurunan ini bukan merupakan hasil kerja satu organisasi saja melainkan kolaborasi antara petani, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.
Dalam kemitraan ini, ARC juga berupaya menciptakan produk ramah lingkungan yang mampu bersaing di pasar global. Menanggapi permintaan global akan produk alami dan organik, mereka mulai memproduksi wewangian dan minyak esensial bebas bahan kimia.
Aceh khususnya daerah Gayo dan Pidi telah lama dikenal sebagai penghasil nilam halus. Berkat program berbiaya rendah yang dimotori oleh ARC USK, daerah tersebut kini menjadi pionir dalam produksi produk nilam siap ekspor.
Petani yang tadinya bergantung pada penjualan bahan baku kini bisa melihat hasil usahanya berupa hasil bumi yang beragam dengan harga jual yang lebih tinggi.
Pendapatan petani meningkat. Masyarakat yang dulunya bisa menjual daun-daunan dan bensin kini mendapat keuntungan lebih dari produk akhir yang bisa memberikan nilai tambah berupa minyak atsiri.
Dampak finansial ini tidak hanya dirasakan oleh para petani tetapi juga masyarakat non-pertanian setempat karena terbukanya lapangan kerja baru dalam banyak hal.
Apa pun hasilnya, produksi nilam di Indonesia bukannya tanpa cobaan dan kesengsaraan yang harus diatasi. Salah satu tantangan terbesarnya adalah teknologi distilasi yang digunakan ARC sudah canggih, namun tidak semua daerah memiliki akses terhadap teknologi tersebut.
Selain itu, biaya produksi produk manufaktur tinggi sehingga harga jual produk berkualitas rendah menyulitkan pasar dalam negeri.
Selain itu, kualitas produk juga menjadi perhatian. Pasar internasional memiliki standar yang tinggi untuk produk minyak bumi, sehingga ARC harus memastikan bahwa seluruh produk hilirnya memenuhi standar tersebut. Jika kinerja menurun, kepercayaan pelanggan juga akan menurun.
Meskipun permasalahan yang diatasi bukanlah masalah kecil, produksi nilam telah memberikan manfaat bagi industri ini. Data menunjukkan bahwa nilai nilam yang diekspor dari Aceh mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dan ARC memperkirakan kontribusi nilam terhadap perekonomian daerah akan terus meningkat.
Jadi, kami senang nilam Indonesia bisa tumbuh subur di masa depan. Dengan meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk alami dan organik, terdapat peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi eksportir utama minyak atsiri berbahan dasar nilam.
Dengan terus berinovasi dan memproduksi produk nilam, Aceh dapat menjadi sentra produksi internasional, sehingga menjadikan nilam sebagai masa depan ekonomi hijau Indonesia.
Pengurangan tersebut tidak menaikkan harga jual, namun menyemangati petani dan menciptakan lapangan kerja baru. Nilam merupakan produk yang sudah kami miliki sejak lama, namun kami baru mulai melihat potensi penuh dari tanaman ini melalui layanan di bawah ini.
Eropa saat ini menjadi pasar ekspor terbaik. Koperasi Produsen Inovatif Nilam Aceh (Inovac) bahkan telah merger dengan PT Nat’ Green untuk membentuk distributor bernama PT UGreen Aromatics International (UGreen).
Kemitraan ini berhasil mengekspor 1,2 ton minyak nilam dan pala ke Perancis sebagai produk parfum dengan harga Rp. Pengiriman saat ini dilakukan setiap tiga bulan, meskipun terdapat persaingan produksi di antara para petani.
Nadia, Ketua Koperasi Inovac, menuturkan, dengan bantuan koperasi, kapasitas minyak nilam dari petani belum memenuhi seluruh permintaan Prancis sebesar 6 ton. Saat ini produksinya mencapai 1 ton, didominasi wilayah Gayo, sedangkan wilayah Aceh lainnya masih dalam tahap pengembangan.
Didirikan pada tahun 2019, organisasi ini saat ini memiliki lebih dari 500 anggota yang berasal dari petani dan penyuling, namun tidak semuanya merupakan anggota terdaftar. Usaha organisasi ini mencapai Rp 200 juta per bulan, terutama dari penjualan minyak nilam, pala, dan produk turunannya seperti parfum, minyak atsiri, body oil, dan body mist.
Petani merasakan manfaat dari upaya penurunan nilam, dari Rp 40 juta menjadi Rp 60 juta sekali panen, kata petani nilam Soleh.
Emas hijau ini akan mencapai nilai tertingginya jika berhasil dan benar dijual melalui merger.
Leave a Reply