Bandung (ANTARA) – Rami telah banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tas berbagai produk, seperti beras, kopi, gula, atau biji-bijian. Namun di tangan Neneng Rosita, serat alam tersebut telah menjadi salah satu bentuk kerajinan tangan indah yang bernilai ekonomis.
Rosita mengolah serat goni menjadi tas, sepatu, boots, dompet, aksesoris dan dekorasi rumah dengan sentuhan seni dan kearifan lokal. Selain itu juga penggunaan aksen kain khas Indonesia seperti batik, eceng gondok, batu bahkan manik-manik kayu yang menunjukkan keanggunan dan mendukung kelestarian lingkungan.
Ros, sapaan akrab Neneng Rosita, mengaku pertama kali terinspirasi dari cerita orangtuanya tentang kegelapan dan kesedihan zaman penjajahan Jepang. Saat itu, tidak hanya makanan, pakaian juga langka sehingga harus menggunakan goni sebagai bahan pakaian.
Dari cerita-cerita sebelumnya, Ros memutuskan untuk membuat proyek khusus dan unik dari bahan goni sejak tahun 2016. Ide tersebut datang dari dirinya sendiri dan otomatis berkembang. Karya Rosi di bawah label Arcisu terbilang unik dan memiliki sentuhan kreativitas tinggi.
Seiring berjalannya waktu, Ros mampu memasarkan produknya tidak hanya di Indonesia, namun juga memasuki pasar Amerika Serikat, Korea Selatan, Uzbekistan, Timur Tengah, Hongaria, Italia (Milan). Produk tersebut juga menjadi salah satu oleh-oleh pilihan KTT G20 yang digelar di Bali pada tahun 2022.
Faktanya, perusahaan ini telah berkembang hingga menghasilkan pendapatan setidaknya 60 juta naira setiap bulannya dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat termasuk pekerja penyandang disabilitas.
Iwan Hermawan, yang menderita lumpuh sebagian, juga berprofesi sebagai perajin. Itu tidak berhasil setiap bulan. Sudah 5 tahun Iwan menimba ilmu dan semakin mendalami bisnis Neneng Rosita yang kini mempunyai enam karyawan.
Perjalanan panjang ini telah dilalui Ros dan membuahkan hasil yang menarik, karena selain teliti dalam menjalankan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi, ia juga telah mendapatkan pelatihan terkait bisnis online dan bantuan investasi dari berbagai pihak, seperti PT Pertamina.
Pertamina disebut-sebut menjadi pembinanya sejak awal. Pada tahun 2016, ia mendapat pinjaman modal sebesar Rp 25 juta dengan bunga Rp 300.000 per bulan.
Ia juga mengikuti pameran di Jakarta, Bandung, Bali, Makassar bahkan mancanegara seperti Houston (AS) dan Seoul (Korea Selatan) untuk menampilkan produk dan budaya Indonesia.
Awalnya Ros tidak tahu apa-apa, namun karena rajin mengikuti pelatihan, termasuk dari Pertamina yang juga membantu permodalan, akhirnya ia belajar cara berjualan internet dan space.
Karyanya tak lepas dari Ros yang selalu menjaga keunikan produknya di tengah ketatnya persaingan saat ini. Neneng Rosita dengan pekerjaannya di Bandung. ANTARA/Ricky Prayoga
Persatuan
Bisnis yang digeluti Neneng Rosita, kata Managing Director CSR & SMEPP PT Pertamina Patra Niaga Subholding C&T Retno Wahyuningsih dengan tujuan pihaknya membantu pembangunan masyarakat, dalam hal ini usaha mikro, kecil, dan menengah. Badan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian nasional.
Inisiatif BUMN untuk memberikan pembinaan dan bantuan permodalan kepada UKM dalam program kemitraan yang dimulai pada tahun 2003 dan diperkuat pada tahun 2020 untuk membantu usaha kecil dan menengah yang terdampak pandemi COVID-19 menjadi mandiri dan terjamin keberlangsungannya bahkan di jagat raya. pasar.
Misi Pertamina adalah memberikan pendampingan dan pelatihan yang membuka peluang bagi usaha kecil, UKM, dan menengah untuk menembus pasar global sehingga nantinya bisa mandiri.
Sejauh ini, BUMN tersebut telah menyalurkan dana bantuan senilai 3,3 triliun kepada lebih dari 60 ribu mitra pengganti dari Sabang hingga Merauke.
Bantuan tersebut disalurkan ke berbagai sektor, yakni sektor industri pengolahan (8.213 perusahaan), sektor jasa (9.130), dunia usaha (23.584), sektor perikanan (3.304), sektor pertanian (5.470), pertanian (7.938), peternakan (4.005) dan lain-lain. . ladang. (761).
Hubungan BUMN dengan UMKM sebagai partner dan pembina merupakan kemitraan yang baik untuk mengembangkan kelas bisnis dari awal pasar lokal hingga regional internasional melalui sertifikasi, pelatihan dan dukungan permodalan.
Menurut Yayan Satyakti, Ekonom Universitas Padjadjaran, hal ini patut diapresiasi. Namun akan lebih baik jika ada hubungan yang kuat antara BUMN dan UMKM.
Hal ini bertujuan sebagai jaring pengaman dalam menghadapi ketidakstabilan pasar baik lokal maupun internasional agar produk UMKM dapat terus diterima.
“Kalau bisa ada juga industri kecil menengah yang bidang usahanya tidak jauh, jadi BUMN ini bisa di pinggir (pemegang saham), jadi kalau ada ketidakstabilan pasar, BUMN itu bisa diisolasi, setelah itu perlahan-lahan akan tumbuh kembali. “, Yaya.
Selain itu, diperlukan juga peta jalan yang jelas untuk pengembangan UKM mulai dari usaha kecil, menengah, dan besar.
UKM harus banyak mendapat perhatian karena perusahaan sebesar ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, mengingat 80-90 persen perekonomian Indonesia digerakkan oleh UKM.
Oleh karena itu, UKM harus didukung penuh dan memberikan pembangunan berkelanjutan, seperti yang dilakukan Korea Selatan pada tahun 1960an.
Apa yang dilakukan Neneng Rosita dengan produknya dengan sentuhan kreatif menunjukkan bahwa pasar dalam dan luar negeri selalu terbuka menerima karya UKM.
Jumlah UKM yang berjumlah lebih dari 64 juta peluang usaha, sejauh ini telah menjadi tulang punggung perekonomian negara, karena menyumbang 97 persen angkatan kerja dan menyumbang 61 persen PDB negara.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama multisektor termasuk BUMN untuk mendorong kerja sama pengembangan UMKM guna mendorong pembangunan Indonesia.
Redaktur: Achmad Zaenal M
Leave a Reply