Jakarta (Antara) – Asosiasi Pengusaha Palmyro Indonesia (GAPKI) mengatakan bahwa dari tahun 2024 ekspor minyak kelapa sawit (CPO/minyak sawit mentah) mampu menyumbangkan mata uang asing menjadi sekitar $ 27,76 miliar.
Menurut Presiden Eddie Martono, dalam pernyataan Jakarta, mata uang asing Jumat membeli 29,5 juta ton ekspor pada tahun 2024.
“Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berkurang pada tahun 2024 baik dalam nilai dan volume dibandingkan dengan 2023,” katanya.
Pada tahun 2023, ia melanjutkan peringatan ke -44 GAP, mengekspor minyak kelapa sawit menjadi $ 32,2 juta $ 30,32 miliar atau sekitar Rp463 triliun.
“Ekspor melemah kecuali untuk semua jenis produk kecuali oleochemical, tetapi dalam hal harga bebas (FOB) semua produk per ton telah meningkat,” katanya.
Penurunan terbesar adalah 2,38 juta ton untuk keperluan China, India dengan 1,13 juta ton dan Bangladesh, Malaysia, AS dan UE dalam jumlah kecil.
Khusus untuk ekspor pada bulan Desember 2024, 21,88 persen dari 21,88 persen November 2024, yang merupakan 2,63 juta ton ekspor.
Secara lebih rinci, kejatuhan terbesar mengambil ekspor India 24.000 ton, diikuti oleh tujuan China dengan 39.000 ton.
Meskipun pertumbuhan terbesar adalah Pakistan 486.000 ton dan Timur Tengah 164.000 ton, dan Rusia dan beberapa negara lain meningkat dalam jumlah yang lebih kecil.
Pada saat yang sama, produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2025 diperkirakan 53,6 juta ton, dan konsumsi internal adalah 26,1 juta ton, termasuk B40 13,6 juta ton Biodiesel.
“Dalam estimasi ini, ekspor diperkirakan akan berkurang menjadi 27,5 juta ton, lebih rendah dari ekspor dari 29,5 juta ton pada tahun 2024,” katanya.
Namun, menurut Eddie Martono, industri minyak sawit adalah pilar ekonomi nasional saat ini, sebagaimana dibuktikan oleh sejumlah besar pekerja yang diserap.
Saat ini, tenaga kerja yang lebih atau kurang menyerap cukup besar pada 16,2 juta orang yang terlibat dalam industri minyak sawit.
Leave a Reply