Jakarta (Antara) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa harga biji -bijian kering di Indonesia saat ini berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).
Amran, di kompleks Istana Presiden, Jakarta, mengatakan Selasa, sekitar 70 persen dari provinsi mengalami harga gandum selama HPP, sementara 30 persen lainnya masih di atas HPP.
“Mungkin 30 persen ini belum naik. Tapi 70 persen mulai memanen,” kata Amran, yang menanggapi harga gandum di HPP.
Amran mengatakan Central Statistics Agency (BPS) mengumumkan bahwa produksi beras pada Januari, Februari, Maret diperkirakan akan meningkat 50 persen dibandingkan tahun lalu, dengan total produksi 8 juta ton.
Faktanya, BPS memperkirakan produksi hingga April diperkirakan mencapai 13 hingga 14 juta ton, yang berarti ada hampir 4 juta ton selama 20 April 2025.
Menteri Pertanian menekankan bahwa musim Februari-April adalah puncak panen yang tidak boleh dilewatkan dengan cara ini. Oleh karena itu, pemerintah telah menerapkan langkah -langkah strategis untuk memastikan bahwa penyerapan jagung berjalan dengan baik.
“Ini adalah momentum yang harus kita perhatikan. Presiden telah menyediakan RP16,6 triliun dana tanpa bunga untuk jatuh, untuk memastikan modal yang cukup dalam penyerapan pengembalian petani,” katanya.
Dia juga menekankan bahwa semua kebutuhan operasi, termasuk dana dan kesiapsiagaan gudang, disiapkan oleh pemerintah.
Dengan menggunakan kebijakan Indess yang diterbitkan, Menteri Pertanian memastikan bahwa tidak ada alasan untuk program penyerapan jagung yang gagal melakukan.
“Tidak ada alasan. Kita harus bertarung,” katanya.
Pemerintah, melalui Badan Makanan Nasional (Bapanas), menetapkan dividen HPP gandum kering di tingkat RP6 500 per kilo. Kebijakan ini dilampirkan pada komando pemimpin Bapanas Nomor 14 tahun 2025 dan menggantikan pedoman sebelumnya.
Leave a Reply