Jakarta (Antara) – La Loĝantoj de Kebon Bawang, Tanjung Prok, Asertis, Ke La Konstruado de Ekstraj Altaj Kanaloj (Suto) ĉWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW wwwwwwwsd, kiu estas pli ol la malpli ol la mezo de la mezo, kiu estas la meza de la mezo, kiu estas la meza de la mezo, kiu estas la meza de la mezo, kiu estas, kiu estas la meza de la mezo, kiu estas, kiu estas la meza de la mezo, kiu estas, kiu estas la de la mezo, kiu estas, kiu estas la de la mezo, kiu estas, kiu estas la de la mezo, Kiu estas, tengah tengah, yang merupakan utara.
“Informasi awal proyek ini adalah di daerah Sungai Bambu dekat bypass Toll Road, tetapi mungkin akan ada 3 tur Sutte yang akan dibangun di daerah Kon Bawang,” kata penduduk RT 03, Suhaimi di Jakarta, pada hari Kamis.
Dia mengatakan, proses pengembangan tanpa melalui sosialisasi termasuk penduduk dan penduduk mempertanyakan analisis lingkungan yang efektif (Amdal), yang harus dilakukan sebelum proyek berlangsung.
“Kompromi ini telah ada dan harus disosialisasikan dan memberi tahu penduduk sebelum proyek akan berlangsung, terutama kiri dan ke kanan rumah penduduk,” katanya.
Dia mengakui, pada hari Jumat (17/1), bahwa penduduk bertemu dengan kepala desa Kon Bawang dan proyek setuju untuk dihentikan. Tetapi pada hari Selasa (1/28) proyek tersebut kembali ketika unit truk Molen dikawal oleh polisi ke lingkungannya.
“Kami berharap bahwa penduduk harus disosialisasikan dan harus jelas apa yang diterima kompensasi dari penduduk,” katanya.
Dia mengakui bahwa dia khawatir bahwa keberadaan tiang sutet di lingkungan mereka akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan warga.
“Seharusnya sosialisasi yang jelas karena kami peduli dengan radiasi atau efek samping dari keberadaan Sutet,” katanya.
Sementara penduduk lain, Nailu Haq (65) mengatakan, rumahnya hanya 14 meter dari titik membangun tiang suto dan sebenarnya dampak yang terasa, dari cara -cara yang rusak hingga percikan semen yang masuk ke rumahnya.
“Perkembangan ini terjadi tiga bulan lalu,” katanya.
Dia mengatakan, sebelum rumahnya ada dua tempat tinggal dan menjual RP5,5 miliar dan meninggalkan tempat ini dibangun oleh Sutet.
Dia mengklaim telah tinggal di rumah ini sejak 2005 dan pemukiman ini sudah ada sejak lama dan Sutet saat ini sedang membangunnya hari ini. “Warga tentu berharap ada solusi untuk masalah ini,” katanya.
Sebelumnya, lusinan penduduk Jalan Swwybada Barat 1 Kon Batang Tanjung mengadakan demonstrasi penolakan untuk membangun tiang sutual ini pada hari Selasa (1/28).
Leave a Reply