Nusa Dua, Bali (ANTARA) – Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Heri Gunard menilai dibutuhkan tiga bank syariah dengan aset sebesar BSI untuk menjadi game changer bagi industri perbankan syariah di Indonesia.
“Hanya tiga yang seperti BSI. Jadi asetnya masing-masing Rp 300 triliun, (aset) BSI akhir tahun ini Rp 400. Keren, jadi hampir Rp 1.000 triliun aset ketiga bank itu bakal jadi game changer. pasar,” kata Heri, Sabtu di Nusa Dua, Bali.
Heri mengatakan, pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih di bawah 7 persen sebelum berdirinya BSI. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi bank syariah belum terlihat pada saat itu.
Kini dengan hadirnya BSI di tahun 2021, pangsa pasar bank syariah terus meningkat hingga mencapai 7 persen. Pangsa pasar pembiayaan bank syariah dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap perbankan nasional kini masing-masing mencapai 7,96 persen dan 7,91 persen pada tahun 2023.
“(Pangsa pasar bank syariah) sudah 7,31 persen (2023). Sulit mengangkat satu lokomotif saja. Kalau tiga (bank syariah) akan lebih cepat,” kata Heri.
Semester I-2024 aset BSI tumbuh 15,10 persen (y/y) menjadi Rp360,85 triliun. Pertumbuhan ini merupakan salah satu yang tertinggi di antara 10 bank terbesar di Indonesia.
Hingga Juni 2024, pendanaan BSI mencapai Rp257,39 triliun atau meningkat 15,99 persen Joy. Sementara dana pihak ketiga (DPK) BSI dilaporkan meningkat 17,50 persen menjadi Rp 296,70 triliun pada Juni 2024.
Heri mengatakan, jumlah bank umum syariah (BUS) masih kalah jauh dengan bank umum konvensional (BUK) yang berjumlah 92 atau hampir 7 kali lipat jumlah BUS. Di antara bank syariah tersebut, tidak ada bank syariah yang termasuk dalam Kelompok Bank Modal Dasar (KBMI) IV.
BSI yang merupakan mesin pertumbuhan industri perbankan syariah juga masih berada dalam KBMI III. Herr berharap BSI bisa bergabung dengan KBMI IV dalam dua tahun ke depan.
Wacana merger antara BTN Syariah dan Bank Muamalat sebelumnya diharapkan dapat melahirkan bank syariah yang bisa menjadi pesaing BSI.
Namun pada Juli lalu, Direktur Utama BTN Nixon L. Napitupulu mengatakan dalam rapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, pihaknya tidak akan melanjutkan akuisisi Bank Muamalat.
Baru-baru ini, Selasa (15/10), Nixon mengatakan pihaknya telah menyepakati harga pembelian dengan bank syariah lain. Ia tidak merinci calon pembeli BTN Syariah, namun berharap perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) bisa ditandatangani pada akhir tahun ini.
Transaksi akuisisi Bank Syariah akan disepakati pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berikutnya atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Soal waktu RUPSLB, Nixon menyerahkan sepenuhnya kepada penanggung jawab BTN, yakni pemerintah.
Meski demikian, Nixon berharap akuisisi Bank Syariah bisa rampung awal tahun depan. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan UUS mencapai titik impas dalam waktu dua tahun setelah asetnya mencapai minimal Rp 50 triliun atau 50 persen dari aset induknya, yang berarti batas waktu BTN adalah November 2025.
Leave a Reply