Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan industri perbankan untuk terus memperkuat manajemen risiko, salah satunya memperkuat permodalan dan menjaga kecukupan proteksi kerugian (CKPN) yang diterima pada tahun 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, OJK juga mendorong perbankan menatap tahun 2025 dengan penuh keyakinan dan harapan.
Lebih lanjut, OJK menghimbau perbankan untuk tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, profesionalisme, inovasi, dan integritas untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, sehat, dan berkelanjutan, kata Dian di Jakarta, Rabu.
Pada tahun 2024 lalu, OJK mencatat industri perbankan berhasil menjaga stabilitas sistem keuangan, mendorong aktivitas perekonomian, dan memperkuat kepercayaan berbagai pihak sebagai salah satu penopang utama pembangunan dan pertumbuhan perekonomian negara.
Merujuk data terkini OJK Oktober 2024, kinerja antar bank masih kuat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit (bank umum) sebesar 10,92% yoy pada Oktober 2024. Penyaluran kredit UMKM juga dilaporkan terus tumbuh yakni sebesar 4,76% yoy.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat, 6,74 persen yoy. Pertumbuhan tersebut, menurut OJK, menjadi salah satu faktor pendorong simpanan perbankan.
Kondisi keuangan bank umum tampaknya cukup atau masih di luar batas. Hal ini tercermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK yang masing-masing sebesar 113,64 persen dan 25,58 persen. Begitu pula dengan kondisi keuangan yang tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 27,02 persen.
Tak hanya bank umum, perbankan syariah juga mencatatkan kinerja yang baik. Aset perbankan syariah tumbuh 12,50 persen yoy. Selain itu, penyaluran dana meningkat 13,24 persen, disusul DPK yang meningkat 10,43% yoy.
Posisi permodalan bank syariah tetap kuat dengan CAR sebesar 25,59 persen atau di atas batas yang ditetapkan. OJK memperkirakan bank syariah akan memiliki situasi yang sesuai dengan penerapan spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) dan konsolidasi perbankan syariah.
Kinerja BPD juga menunjukkan perkembangan yang baik, dengan kredit meningkat sebesar 7,55 persen yoy dan DPK meningkat sebesar 4,35 persen. Kinerja tersebut ditopang oleh tingginya pembiayaan dengan rata-rata CAR hingga 24,86 persen.
Menurut OJK, kinerja BPR dan BPRS juga baik meski pertumbuhan kredit dan DPK mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
Rasio BPR/BPRS tetap stabil dengan CAR BPR dan BPRS masing-masing sebesar 31,16 persen dan 22,46 persen.
Angka BPR/BPRS mencerminkan tren penurunan sebagai akibat dari konsolidasi untuk memenuhi kewajiban keuangan utama dan peraturan entitas tunggal. Hingga Oktober 2024, jumlah BPR/BPRS mencapai 1.544 orang.
Pada tahun 2023 hingga 4 November 2024, terdapat 53 BPR dan BPRS yang akan digabung menjadi 17 BPR dan BPRS. Saat ini terdapat 75 BPR dan BPRS yang sedang dalam proses perizinan, kemudian berkurang menjadi 26 BPR dan BPRS.
Lebih lanjut, OJK mengingatkan industri perbankan untuk tetap memperhatikan risiko pasar dan risiko kredit di tengah kemungkinan meningkatnya ketidakpastian global seperti risiko instabilitas keuangan, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta tingginya perdagangan. kebijakan perpajakan yang dapat memicu perang dagang, sehingga dapat meningkatkan tekanan terhadap perekonomian dalam negeri.
Di tengah ketidakpastian tersebut, perekonomian negara pada tahun 2025 diperkirakan akan terus berkembang secara stabil yang ditandai dengan kepercayaan konsumen yang stabil, inflasi dan keuntungan dunia usaha yang terkendali, kebijakan atau peraturan pemerintah, dan berkembangnya rencana strategis nasional. (PSN).
Mengenai operasional bank-bank tersebut, menurut OJK akan tetap sejalan dengan DPK yang diharapkan meningkat dan penyaluran kreditnya terus meluas, terutama pada sektor-sektor yang mempunyai dan mempunyai banyak pengaruh dan daya serap. . banyak pekerja, seperti bisnis besar. sektor manufaktur dan industri.
Leave a Reply