Jakarta (ANTARA) – Kepala Pusat Penelitian Mikrobiologi Terapan (PRMT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ahmad Fathoni mengatakan pendekatan molekuler dapat mendeteksi patogen secara dini untuk mencegah penyakit tanaman.
Ia menegaskan, perubahan iklim berdampak signifikan terhadap sektor pertanian, terutama terkait produktivitas. Oleh karena itu, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengembangkan informasi genetik guna mengurangi penyakit tanaman.
Melalui penelitian dan pemantauan yang intensif, kita akan memahami bagaimana penyakit ini berkembang dan menerapkan penanganan yang berkelanjutan, kata Fatoni dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, peneliti Malaysia Wong Mui Yun, peneliti tamu di PRMT BRIN, menjelaskan bahwa pendekatan molekuler dapat membantu mengembangkan pengelolaan penyakit tanaman yang berkelanjutan.
Wong menekankan bahwa pendekatan pengelolaan tanaman berkelanjutan sangat penting untuk menjamin keamanan, kualitas dan produksi pangan yang lebih baik. Ia menjelaskan, pengelolaan penyakit tanaman juga bermanfaat untuk perlindungan lingkungan.
“Harga untuk mengurangi intensitas penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan kesehatan tanaman dalam jangka panjang, tanaman lebih kuat dan perekonomian yang baik dengan mengurangi biaya penggunaan pestisida dan perubahan iklim,” katanya.
Yun akan mengidentifikasi peluang penelitian di masa depan dengan menggunakan bioteknologi dalam perlindungan tanaman.
Ada banyak pendekatan bioteknologi terkini seperti penggunaan RNAi non-transgenik (interferensi RNA) dan pengeditan gen serta CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) sebagai salah satu metode yang dapat menyebabkan kematian tanaman di masa depan.
Cara ini merupakan salah satu alternatif untuk menghasilkan tanaman tahan penyakit yang sebelumnya dilakukan dengan menggunakan teknologi transgenik berbasis pemanfaatan agrobakteri.
Leave a Reply