Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

RSUP sebut HMPV lebih sering terjadi pada anak-anak

JAKARTA (ANTARA) – Dokter spesialis pernapasan anak dari RS Persaabatan mengatakan human metapneumovirus (HMPV) lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa.

“CMPV lebih banyak terjadi pada anak-anak, dengan dominasi pada anak di bawah usia 2 tahun yang rata-rata berusia 22 bulan,” kata dr. Tjatur Kuat Sagoro SpA (K) saat diskusi online di Jakarta, Jumat.

Mengutip sejumlah penelitian, Tyatur menjelaskan, kasus HPV pertama kali terdeteksi pada tahun 2001 pada seorang anak dengan gejala infeksi saluran pernapasan. Namun virus tersebut diyakini sudah beredar di Belanda sejak tahun 1958.

Menurut beberapa data, pasien berusia 6 hingga 22 bulan paling membutuhkan pengobatan.

“Studi epidemiologi menunjukkan sekitar 90-100 persen anak usia 5 hingga 10 tahun terinfeksi HPV,” ujarnya.

“Literatur menunjukkan bahwa HPV sudah ada di Indonesia. Katanya, penyakit ini baru ada dalam waktu singkat, tapi sudah ada sejak lama, dan di sini saya berada di rumah sakit yang terdapat enam kasus HPV, lalu di rumah sakit lain terdapat dua kasus. dan masih berkembang, jadi sebenarnya sudah ada di Indonesia,” lanjutnya.

Terkait wabah virus papiloma manusia, Tyatur mengatakan wabah ini biasanya terjadi pada musim semi dan musim dingin. Di belahan bumi utara, wabah HMPV sering terjadi antara bulan Januari dan Maret.

Sedangkan di belahan bumi selatan, wabah penyakit terjadi antara bulan Juni dan Juli. Insiden musiman HMPV biasanya mencapai puncaknya antara bulan Maret dan April, segera setelah musim RSV dan influenza.

Lebih lanjut Tyatur mengatakan, human papillomavirus pada anak menular melalui udara dan masa inkubasinya berkisar antara tiga hingga lima hari, meski bisa berbeda-beda pada setiap orang.

“Infeksi HPV biasanya diawali dengan gejala klinis pasien, antara lain infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk, pilek, demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan,” ujarnya.

Pengobatan infeksi HMPV bersifat suportif dan berfokus pada pengobatan gejala yang muncul, seperti antipiretik, oksigenasi, dan penggantian cairan.

“Sebagian besar pasien yang terinfeksi HMPV sembuh tanpa intervensi khusus,” ujarnya.

Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan kelayakan penggunaan ribavirin, imunoglobulin, inhibitor fusi, dan asam ribonukleat kecil yang mengganggu (siRNA) untuk pengobatan dan pengendalian infeksi HMPV.

Tyatur melanjutkan, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah, sekolah, dan tempat umum juga sangat penting untuk melindungi anak dari penularan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *