Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Vidya Putri (Wamendag) mengatakan Indonesia harus mengoptimalkan instrumen perdagangannya, terutama antidumping dan subsidi, untuk melindungi pasar dalam negeri dan mengamankan pasar ekspor produk Indonesia di luar negeri.
Roro mengatakan, karena Indonesia adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), negara-negara anggota dapat menggunakan alat ini untuk melawan perdagangan internasional yang tidak adil.
“Hal ini sebagai upaya untuk melindungi terhadap masuknya produk-produk impor yang dijual dengan harga bersubsidi atau diduga bersubsidi yang akan menyebabkan industri dalam negeri merugi atau berkinerja buruk,” kata Roro di Jakarta, Jumat.
Tindakan pengamanan perdagangan merupakan alat perlindungan perdagangan yang dapat digunakan meskipun barang impor membanjiri pasar dalam negeri.
Untuk menggunakan alat ini, kata Roro, pemerintah harus memastikan keseimbangan antara sektor hulu, hilir dan pengguna, dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan, serta hubungan baik dengan mitra dagang Indonesia.
Menurut Roro, saat ini kondisi berbagai industri lokal perlu mendapat perhatian khusus.
Kementerian Perdagangan menyebutkan indeks manajer pembelian (PMI) Indonesia stabil dengan kontraksi 49,2 pada Oktober 2024. Penangguhan ini telah terjadi selama empat bulan berturut-turut, salah satu penyebabnya adalah praktik dumping yang dilakukan beberapa negara asal impor Indonesia.
“Stagnasi PMI ini disebabkan oleh kelebihan pasokan impor dari dalam negeri yang disebabkan oleh pengenaan tarif yang tinggi oleh mitra dagang utama seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Selain itu, dumping dan tuduhan counter-subsidi. industri dalam negeri yang berorientasi ekspor “Mereka juga salah satu faktor penghambatnya,” ujarnya.
Lingkungan ekonomi global berkembang pesat, sehingga menimbulkan tantangan besar bagi para pembuat kebijakan. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian dunia akan tumbuh sebesar 3,2 persen pada tahun 2025.
IMF juga memperkirakan inflasi global akan turun dari 5,9 persen pada tahun 2024 menjadi 4,5 persen pada tahun 2025.
Sementara dari sisi perdagangan, Organisasi Perdagangan Dunia memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,7% pada tahun 2024 dan 3% pada tahun 2025.
Didukung oleh fundamental perekonomian nasional yang kuat, perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan baik, menunjukkan stabilitas perekonomian dalam menghadapi resesi global, ketegangan geopolitik, dan konflik regional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,9 persen pada kuartal III tahun 2024 dan diperkirakan mencapai 5 persen pada akhir tahun ini.
Roro mencontohkan, aktivitas komersial di Indonesia juga berjalan baik. Surplus transaksi berjalan Indonesia sebesar $2,78 miliar pada Agustus 2024, dan mencapai $3,26 miliar pada September 2024.
Peningkatan neraca perdagangan terutama disebabkan oleh peningkatan surplus migas dan dipertahankan selama 53 bulan berturut-turut.
Leave a Reply