JAKARTA (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar Rp401,8 triliun atau 1,81 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sejak November tahun lalu.
“Sampai akhir November, defisit APBN mencapai Rp 401,8 miliar. Pada APBN 2024, total defisit anggaran sebesar Rp 522,8 miliar, sehingga defisit Rp 401,8 miliar masih di bawah target undang-undang APBN,” kata Sri Mulyani. pada konferensi tersebut. Siaran pers APBN Desember 2024 di Jakarta, Rabu.
Menurut Menkeu, belanja negara tercatat sebesar Rp2.894,5 triliun atau 87 persen dari pagu Rp3.325,1 triliun, naik 15,3 persen secara tahunan (year-on-year).
Sementara pendapatan negara tercatat sebesar Rp2.492,7 triliun atau 89 persen dari target Rp2.802,3 triliun, naik 1,3 persen year on year.
“Pendapatan negara kami berada di bawah tekanan yang luar biasa sejak bulan Juli hingga Agustus. Pajak dan tarif berada di bawah tekanan yang tidak biasa sejak tahun lalu, sehingga pencarian pertumbuhan (pendapatan) positif pun terjadi. Yang kami harap akan terus berlanjut.” Keuangan.
Rinciannya, capaian belanja negara antara lain Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp 2.098,6 triliun dan Pengiriman Uang Daerah (TKD) sebesar Rp 795,8 triliun.
Capaian BPP tersebut setara 85,1 persen dari target APBN sebesar Rp2.467,5 triliun atau meningkat 18,3 persen.
BPP terbagi atas belanja kementerian/lembaga (K/L) yang mencapai Rp1.049,7 triliun atau 96,2 persen dari Rp1.090,8 triliun (naik 17,9 persen) dan belanja non-K/L yang mencapai Rp1.048,9 triliun. Persentase target Rp1.376,7 triliun (meningkat 18,6 persen).
Sedangkan capaian TKD sebesar 92,8 persen dari target APBN sebesar Rp 857,6 triliun atau meningkat 8,1 persen.
Sedangkan penerimaan negara dari pembayaran pajak tercatat sebesar Rp1.946,7 triliun (setara 84,3 persen dari target Rp2.309,9 triliun, naik 1,7 persen), termasuk penerimaan Rp1.688,9 triliun (84,9 persen). Rp). Miliar, naik 1,1 persen) dan bea dan pajak Rp 257,7 miliar (80,3 persen dari target Rp 321 miliar, naik 5,2 persen).
Sementara penerimaan nonfiskal (PNBP) mencapai Rp552,4 miliar atau setara 106,2 persen dari target Rp492 miliar, namun melambat 4 persen.
Meski APBN mengalami defisit, namun neraca primer masih mencatat surplus sebesar R 47,1 triliun.
Saldo primer adalah selisih antara total penerimaan negara dikurangi pengeluaran negara, tidak termasuk pembayaran utang.
Leave a Reply