JAKARTA (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan memberikan pelatihan kepada calon pengantin mengenai persiapan berkeluarga dan teknik mengasuh anak agar bayi yang dikandungnya bisa tumbuh langgeng.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Yudi Dimyati, di Jakarta, Jumat, mengatakan, “Pencegahan kanker serviks sangat kita perhatikan, salah satunya memberikan edukasi kepada calon pengantin. Itu pendidikan.”
Yudi menjelaskan, pendidikan diturunkan secara bertahap sejak remaja dengan memberikan obat penambah darah kepada remaja putri.
Juga pendidikan untuk menyampaikan ilmu seperti ujian pranikah dan usia menikah.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merekomendasikan usia perkawinan pertama adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Menikah dini diyakini memiliki banyak risiko.
Ditegaskan juga agar calon pengantin memperhatikan nutrisi yang tepat selama menikah dan hamil agar dapat melahirkan anak yang sehat dan baik-baik saja.
“Selain mengobati penyakit tersebut, kami juga bertujuan untuk mencegahnya melalui perawatan ibu hamil agar bayi yang dikandungnya tidak mengalami stunting,” jelasnya.
Pihaknya mengatakan, mereka secara rutin memantau dan mendidik ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi untuk memberikan teladan dalam mengasuh anak guna memastikan gizi yang baik bagi anak-anaknya.
Selain itu, kami juga menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Saat ini kami banyak melakukan kegiatan CSR untuk mengatasi kemacetan,” imbuhnya.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta memprioritaskan Program Promosi Penurunan Tinggi Badan pada tahun 2025.
Rencana operasional dan anggaran tahun 2025 antara lain pemberian makanan kebutuhan medis khusus (SMF) senilai Rp 22 miliar kepada 4.527 penderita stunting, makanan tambahan jika terjadi penurunan berat badan (weight loss). Jumlahnya 29,22 triliun rupiah dan 10 miliar rupiah. situasi.
Berikutnya, PMT untuk 3.629 kasus gizi kurang sebesar Rp 1,8 miliar, PMT untuk 3.156 kasus gizi buruk sebesar Rp 3,7 miliar, dan pengobatan 1.006 kasus anak gizi buruk sebesar Rp 2,5 miliar.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka stunting di Provinsi DKI Jakarta sebesar 17,6 persen.
Prevalensi tertinggi terdapat di Jakarta Utara sebesar 19,8%. Jakarta Pusat tarifnya 19,1 persen, Kepulauan Seribu tarifnya 18,6 persen, Jakarta Barat tarifnya 17,1 persen, Jakarta Timur tarifnya 16,8 persen, dan Jakarta Selatan tarifnya paling rendah 16,6 persen.
Leave a Reply