Jakarta (Entra) – Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin menyarankan kepada Pemkab DKI Jakarta untuk memasukkan seni Batawi seperti tari, pencak silat, dan musik ke dalam kurikulum di luar sekolah, agar anak-anak bisa menghadirkan warisan budaya tersebut di sekolah.
“Harusnya masuk dalam kelas ekstrakurikuler. Siswa harus dikenalkan dengan budaya Batawi dan dilibatkan untuk menyebarkannya. Kotanya mendunia, budayanya tetap Betawi,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Terkait usulan tersebut, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat, Joko Molynu, mengaku setuju. Kesuksesannya diraih pihaknya seiring mengikuti perkembangan zaman dan banyak melahirkan karya seni.
Menurutnya, budaya Betawi juga harus dikemas dan dipromosikan secara menarik sesuai dengan tren saat ini.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena di era digitalisasi, generasi muda lebih memilih budaya populer yang mudah viral dan mudah dipublikasikan.
“Jadi kami merekrut orang-orang senior dan bermitra dengan Gen Z yang paham teknologi untuk menciptakan program yang menarik bagi mereka,” kata Jocko.
Joko mengatakan, dirinya mendaftarkan Sanggar Betawi di Jakarta Barat untuk mendapatkan sertifikat agar peserta sanggar bisa mendapatkan pelatihan dan memanfaatkan gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) Rawa Buaya, Cengkereng.
“Jakarta Barat itu penuh sanggar, kita punya lebih dari 200 sanggar seni, kita sedang berupaya mendapatkan data dan membuat sertifikasi. Supaya bisa masuk ke daftar kita dan mendapat pelatihan khusus,” tuturnya.
Jadi pengajar, anggota atau peserta dan siswanya, kata dia, bisa menggunakan PPSB di Rawa Buaya.
Leave a Reply