JAKARTA (ANTARA) – Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perikanan Laut (BPSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan mengembangkan produktivitas perikanan melalui program Smart Fisheries Village (SFV). Hentikan budidaya perikanan
BPPSDMKP KKP I Nyoman Radiarta mengatakan, program SPV yang mengadaptasi konsep inovasi One Stop Aquaculture ke Balai Penelitian Pembibitan Ikan (BRPI) ini memungkinkan masyarakat luas memanfaatkan hasil inovasi tersebut secara luas, termasuk pertumbuhannya. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Secara keseluruhan, konsep One Stop Aquaculture memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi banyak pihak,” kata Neoman di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, program tersebut merupakan langkah nyata dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat berbasis sumber daya lokal, menuju masa depan perikanan yang lebih berketahanan dan berdaya saing tinggi.
Sementara itu, Kepala Balai Penelitian Pembibitan Ikan (BRPI) Agus Kahyadi menjelaskan, budidaya perikanan terpadu merupakan suatu metode budidaya ikan terpadu yang menghubungkan berbagai tahapan produksi dari hulu hingga hilir, mulai dari penetasan, pertumbuhan, hingga penyediaan pakan alami. .
Konsep tersebut juga memasukkan unsur wisata edukasi yang memungkinkan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk belajar tentang dunia perikanan sambil menikmati alam yang indah.
“Dengan demikian, budidaya perikanan terpadu tidak hanya pada produksi ikan saja, namun juga mengintegrasikan berbagai aspek lingkungan, pendidikan, dan rekreasi,” jelasnya.
Dalam penerapannya, konsep One Stop Aquaculture memanfaatkan sumber daya tambak yang ada di BRPI dengan produk ikan unggulan seperti Ikan Mas Mustika, Ikan Lele Mutiara, Ikan Nila Srikandi dan Perkasa Patin.
Air limbah budidaya di kolam, lanjut Agus, dimanfaatkan sebagai irigasi tanaman, sumber makanan alami ikan.
Tanaman ini menerima unsur hara alami dari air bekas budidaya, sehingga membentuk siklus yang saling mendukung.
“One Stop Aquaculture juga menggunakan teknologi. Misalnya kolam ikan nila Srikandi menggunakan teknologi Recirculator Aquaculture System (RAS), sedangkan kolam lainnya menggunakan teknologi Recirculate Water Flow (RWF) yang mampu menjaga kualitas air,” jelasnya. .
Selain kolam, BRPI juga membuat area khusus pakan alami, dimana sente, ubi silembu, kangkung, dan daun pepaya dapat dijadikan pakan alternatif ikan gurami.
Kawasan ini tidak hanya menjadi pemasok pangan alternatif, namun menjadi bagian dari ekosistem terpadu yang mendukung keberlanjutan perikanan di BRPI.
Dalam upaya memperluas dampak pendidikan SFV, BRPI juga menyelenggarakan pelatihan bagi taruna politeknik kelautan dan perikanan berbasis konsep Teaching Factory (TEFA), yang memberikan pengalaman langsung dalam teknologi dan praktik budidaya ikan.
“Program ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga menumbuhkan semangat inovasi pada generasi muda,” kata Agas.
Penerapan konsep One Stop Aquaculture di SFV BRPI pada tahun 2024 juga terbukti memberikan dampak signifikan terhadap nilai tambah PNBP.
Pada tahun 2023, PNBP yang dihasilkan BRPI tercatat sebesar Rp494.236.607. Namun dengan penerapan pendekatan hulu-hilir yang terintegrasi secara global, nilai PNBP BRPI akan meningkat menjadi Rp678.486.730 pada tahun 2024.
Konsep One Stop Aquaculture juga menunjukkan bahwa efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai, dengan mengoptimalkan sumber daya dan sumber daya lokal serta memberikan nilai tambah yang lebih besar.
Leave a Reply