London (ANTARA) – Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyatakan keprihatinan serius terhadap status program senjata kimia Suriah dan kepatuhannya terhadap Konvensi Senjata Kimia (CWC) selama transisi politik.
Biro Teknis menekankan komitmennya untuk terus memantau perkembangan di Suriah, karena terdapat kesenjangan dan ketidaksesuaian dalam deklarasi senjata kimia Suriah yang belum terselesaikan lebih dari satu dekade setelah negara tersebut bergabung dengan CWC.
OPCW mencatat bahwa zat beracun telah digunakan sebagai senjata di Suriah pada beberapa kesempatan dan penyelidikan sedang dilakukan oleh Biro Teknis dan organisasi internasional independen lainnya.
Kantor tersebut juga menyatakan keprihatinannya mengenai keamanan dan integritas fasilitas senjata kimia yang dinyatakan Suriah, yang meliputi fasilitas penelitian, pengembangan, produksi, penyimpanan dan pengujian.
Kegiatan pemantauan juga fokus pada potensi pergerakan atau insiden yang melibatkan bahan senjata kimia atau dokumen terkait, serta langkah-langkah yang diambil Suriah untuk mematuhi kewajiban CWC-nya.
Dalam sebuah pernyataan, OPCW menekankan pentingnya memastikan keselamatan dan keamanan semua bahan dan fasilitas terkait senjata kimia di seluruh Suriah.
Tidak hanya itu, OPCW juga berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Suriah untuk mengonfirmasi prioritas ini dan menekankan kesediaannya untuk lebih terlibat dengan pihak berwenang Suriah dan mitra internasional untuk mengatasi masalah ini.
Pada tanggal 27 November, pasukan oposisi Suriah melancarkan serangan kilat selama 10 hari, merebut kota-kota besar, dan kemudian merebut ibu kota, Damaskus, pada tanggal 8 Desember.
Kemajuan pesat yang didukung oleh para pembelot menyebabkan runtuhnya rezim Assad setelah 13 tahun perang saudara.
Assad dan keluarganya melarikan diri ke Moskow, tempat Rusia memberi mereka suaka.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply