Hamilton, Kanada (ANTARA) – Sejumlah anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Rabu (20/11) mengkritik penolakan keempat Amerika Serikat terhadap resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza.
Utusan Tiongkok, Fu Cong, mengungkapkan kekecewaannya atas hasil pemungutan suara tersebut dan menuduh Amerika Serikat menggagalkan harapan rakyat Palestina akan keselamatan dengan “mendorong mereka ke dalam kegelapan dan keputusasaan” melalui veto.
“Apakah kehidupan warga Palestina tidak ada artinya?” Fu bertanya secara lisan.
“Berapa banyak lagi orang yang akan mati sebelum (Amerika) bangun dari tidur palsunya?” Dia melanjutkan pidatonya.
Fu menilai bahwa veto AS yang berulang kali telah “merusak otoritas Dewan Keamanan dan hukum internasional hingga ke titik terendah dalam sejarah.”
“Kami menyerukan Amerika Serikat untuk mengambil tanggung jawab serius sebagai anggota tetap Dewan Keamanan. “Amerika Serikat harus berhenti bersikap apatis dan menjauh,” tegasnya.
Utusan Aljazair, Amar Bendjama, mengatakan bahwa “pesan hari ini jelas ditujukan kepada kekuatan pendudukan Israel: ‘Anda dapat melanjutkan genosida Anda, Anda dapat melanjutkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina dengan impunitas.’
Dia mengatakan bahwa veto AS mengirimkan pesan “jelas” lainnya kepada rakyat Palestina: “Meskipun sebagian besar dunia mendukung masalah Anda, masih ada negara lain yang peduli.”
Utusan Perancis Nicolas de Riviere mengatakan bahwa mereka sangat menyesal atas penggunaan veto oleh Amerika Serikat, dan menekankan bahwa situasi di Gaza semakin buruk setiap harinya.
“Hukum humaniter internasional telah dilanggar,” katanya, seraya menekankan bahwa satu-satunya respons yang memadai adalah gencatan senjata.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan tidak mengherankan jika Amerika Serikat menolak resolusi tersebut.
“Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat telah memblokir dan menghalangi tindakan Dewan Keamanan untuk mengatasi situasi mengerikan di Gaza, memihak salah satu pihak yang bertikai untuk memajukan kepentingan politik mereka sendiri dengan mengorbankan nyawa warga Palestina,” katanya.
Dia menggambarkan veto tersebut sebagai tindakan yang tidak manusiawi. Dia menambahkan: “Kami tidak membutuhkan Amerika untuk mengajari kami kemunafikan. Kemunafikan itulah yang mereka tunjukkan setiap hari dalam berbagai konflik.
Berbicara kepada Wakil Duta Besar AS Robert Wood, Nebenzia mengatakan: “Hari ini Anda telah sepenuhnya menunjukkan bahwa Anda bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga sipil tak berdosa, pengungsian, situasi penyanderaan dan penahanan ilegal warga Palestina.”
Duta Besar Inggris Barbara Woodward, yang juga akan menjadi presiden Dewan Keamanan PBB pada bulan November, menyatakan kekecewaannya atas veto tersebut. “Hukum humaniter internasional harus dihormati oleh semua pihak,” ujarnya.
Utusan Guyana, Carolyn Rodrigues-Birkett, juga mengungkapkan kekecewaannya dan menyebut “pemusnahan rakyat Palestina merupakan aib besar bagi hati nurani kolektif kita sebagai manusia.”
Rodrigues-Birkett mengatakan kemampuan dewan untuk menghilangkan noda tersebut adalah “menantang veto.”
“Kelanjutan penderitaan besar ini tidak boleh menjadi nasib rakyat Palestina,” katanya, sambil mendesak konflik segera diakhiri.
Berbicara kepada wartawan usai sidang, Rodrigues-Birkett mengatakan 10 anggota tidak tetap DPR “menunjukkan fleksibilitas yang besar dalam mencapai konsensus.”
“Kami sangat kecewa karena teks tersebut tidak diadopsi,” tambahnya, “namun upaya kolektif kami untuk mengakhiri konflik ini tidak akan berhenti.”
Sumber: Anadolu
Leave a Reply