JAKARTA (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat sedang menguji coba aplikasi bernama Sistem Pemantauan Stunting Terbaru (Si-Tercepat) untuk memantau status gizi dan pelayanan anak stunting di tiga subwilayah wilayah tersebut.
Terobosan aplikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari kini telah diterapkan di Kecamatan Tambora dan digulirkan secara bertahap di Kecamatan Grogol Petamburani dan Kecamatan Tamansari.
“Sekarang di Tambora. Selanjutnya di Grogol Petamburan dan Tamansari, menunggu jadwal evaluasi kinerja Tambora,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat Erizon Safari melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa.
Menurut Erizon, permohonan tersebut harus melalui proses pengajuan terlebih dahulu agar bisa dinilai kendala teknis yang ditemukan.
“Saat ini masih dalam tahap implementasi di tiga sub wilayah pertama, selanjutnya sedang dievaluasi termasuk akan dicarikan solusi jika terjadi kendala teknis,” kata Erizon.
Oleh karena itu, lanjut Erizon, aplikasi ini dapat digunakan untuk memantau status gizi dan pelayanan anak stunting se-Jakarta Barat. “Saya kira penerapan yang baik ini bisa direplikasi di RSUD lain,” ujarnya.
Sebelumnya, RSUD Tamansari melakukan terobosan dengan meluncurkan Sistem Pemantauan Stunting Terakhir (Si-Tercepat) berbasis Excell untuk memantau status gizi dan pelayanan anak stunting.
Direktur RS Tamansari dr. Agus Ariyanto Haryoso mengatakan, aplikasi ini dapat menginformasikan kondisi anak stunting melalui kemungkinan penghentian dan pengobatan.
“Aplikasi Si-Terbesar diciptakan untuk memberikan informasi pemantauan dan layanan gizi anak stunting secara maksimal, tanpa biaya dan mudah digunakan serta ditiru,” kata Agus di Jakarta, Kamis (28/11). .
Agus menjelaskan, aplikasi Si-Tercepat memiliki beberapa fungsi seperti grafik kendali pasien yang melambat, edukasi gizi, notifikasi penurunan pasien (berupa kemungkinan drop out dan terminasi).
Semua informasi tersebut dapat dipantau secara langsung (real time) oleh puskesmas dan petugas yang membantu memantau pengobatan anak autis.
Sedangkan angka kecelakaan/stunting di Jakarta masih 14 persen berdasarkan data elektronik Data Gizi dan Laporan Masyarakat Jakarta (e-PPGBM).
Misalnya, hingga Juli 2023, tercatat 39.793 anak prasekolah di Jakarta mengalami masalah gizi, 5.753 anak kurus, 9.191 anak gizi buruk, 2.026 anak prasekolah gizi buruk, dan 22.823 anak prasekolah lainnya mengalami stunting.
Sedangkan hingga Agustus 2024, sebanyak 5.688 anak di Jakarta telah dilakukan koreksi data e-PPGM.
Leave a Reply