Jakarta (ANTARA) – Badan Pengawas Pemilu Jakarta Utara mengungkap beberapa penyebab rendahnya partisipasi pemilih di daerah itu pada Pilgub dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2024.
“Kalau partisipasi pemilihnya rendah, katakanlah di bawah 60%, maka ini perlu dikaji,” kata Yapto Sendra, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Utara, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, ada beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya partisipasi pemilih, seperti kebosanan politik, kurangnya aksesibilitas, dan kendala teknis.
“Kami menganggap ini sebagai keprihatinan yang serius dan kami bekerja sama dengan KPU untuk mengatasi masalah ini ke depan,” ujarnya.
Dia menambahkan, proses pemungutan suara di Jakarta Utara pada Pilkada DKI Jakarta, Rabu (27 November), berlangsung sesuai prosedur, meski masih ada kemungkinan pelanggaran.
“Bawaslu biasanya akan merilis data resmi mengenai pelanggaran yang terdeteksi setelah peninjauan selesai,” ujarnya.
Anggota Bawaslu Jakarta Utara Muhamad Shobirin mengatakan, pihaknya menemukan partisipasi pemilih di tempat pemungutan suara (TPS) dalam pemilihan pimpinan daerah (Pilkada) di wilayah tersebut cukup rendah.
“Itu temuan kami, tapi kami masih menunggu data tertentu hingga penghitungan resmi selesai,” ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan pantauan di lapangan, persentase pemilih peserta pilkada diperkirakan akan menurun dibandingkan pemilu presiden dan legislatif pada Februari 2024.
“Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta Utara tetapi juga terjadi di wilayah lain di Jakarta,” ujarnya.
Pilkada gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tahun 2024 digelar pada Rabu. Berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno memimpin sisa pasangan.
Sedangkan peringkat ke-2 menjadi milik pasangan nomor 1 Ridwan Kamil-Suswono dan posisi terakhir menjadi milik pasangan nomor 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Leave a Reply