Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) menyambut baik kerja sama Bank Indonesia dalam memberikan literasi keuangan kepada pekerja migran Indonesia (UKM).
Kerja sama kedua lembaga ini bertujuan agar PMI dapat menggunakan tabungannya secara efisien dan efektif selama bekerja di luar negeri.
Kolaborasi KP2MI dan BI diwujudkan melalui peluncuran pelatihan dan pelatihan pelatih perlindungan konsumen dan literasi keuangan bagi pekerja migran Indonesia pada Rabu (13/4) di Jakarta.
“Untuk itu, pelatihan para pelatih ini akan dilaksanakan oleh Sahabat Bank Indonesia yang bekerja sama dengan OJK bagi seluruh instruktur yang selanjutnya akan memberikan orientasi kepada seluruh pekerja migran kita,” kata Sekretaris Jenderal KP2MI Rinardi dalam acara tersebut.
Ia mengatakan, pembinaan akan diberikan baik kepada UKM yang bekerja di luar negeri maupun yang bekerja melalui perusahaan penempatan dengan skema Government-to-Government (G-to-G).
Pelatihan ini memberikan pelatihan literasi keuangan kepada para pelaku UKM agar mereka memahami cara mengelola keuangannya selama bekerja di luar negeri.
“PMI yang bekerja di Korea, upah minimumnya 23 juta. Hanya 29 persen yang digunakan untuk kebutuhan sebulan. Sisanya yang 61 persen digunakan untuk kebutuhan yang dikirim ke kampung halaman. Uang yang mereka terima di kampung halaman tidak diinvestasikan – kata Rinardi.
“Mungkin ada yang dilestarikan. Tapi sedikit sekali yang berguna atau berguna nantinya,” lanjutnya.
Dengan mengedepankan literasi keuangan, KP2MI berharap para pelaku UKM dapat mengelola keuangannya dengan lebih baik sehingga dapat digunakan untuk memulai usaha setelah selesai bekerja di luar negeri.
“Dengan ilmu ini kita bekali instruktur bagaimana cara melatihnya. Kalau ke luar negeri jangan panik. ditambahkan.
Selain itu, Kepala Departemen Pengawasan Sistem Pembayaran dan Departemen Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Anton Daryono mengatakan, dalam pelatihan ini bersama Kementerian P2MI akan mengingatkan PMI apa yang mereka bisa dan mampu. ‘jangan lakukan itu dalam manajemen pendapatan.
Selain itu, terkait remitansi atau uang yang dikirimkan PMI kepada keluarganya di Indonesia, Anton juga meminta PMI menggunakan layanan remitansi resmi.
“Gunakan layanan pengiriman uang yang resmi dan berizin. Alhamdulillah bank ini merupakan unit pengiriman uang yang berizin di Indonesia,” ujarnya.
Permintaan itu disampaikan Anton agar dana yang dikirimkan PMI sampai ke keluarga mereka dengan selamat.
Selain itu, Anton mendorong UKM untuk menggunakan pendapatannya untuk investasi yang aman.
“Nah, investasi apa yang nanti dilakukan? Itu tentu bisa aman, tapi juga berkembang ke depan. Ini perlu pembelajaran, karena bukan hanya PMI saja. Kita masyarakat belum teredukasi. Jadi, apalagi yang ini teman-teman PMI,” ujarnya.
Dengan literasi keuangan yang lebih baik, Anton berharap UKM dapat meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya selain menjadi pahlawan mata uang.
“Dalam hal ini, ada harapan jika dia bekerja di sini dan menjadi pahlawan mata uang, dia akan kembali ke Tanah Air dengan selamat,” ujarnya.
Leave a Reply