Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan 15 investor tekstil asal Taiwan yang ditemuinya hari ini meminta Indonesia segera menyelesaikan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IEU-CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa.
Permintaan ini menjadi salah satu syarat bagi Asosiasi Investor Tekstil Taiwan (Federasi Tekstil Taiwan) untuk berinvestasi di industri tekstil Indonesia.
“Pengguna akhir utama mereka bersedia (berinvestasi) jika Indonesia bisa mendapatkan IEU-CEPA, bahkan mereka akan pindah dari Vietnam ke Indonesia,” kata Airlangga, Jumat, usai pertemuan dengan Asosiasi Investor Tekstil Taiwan di Jakarta.
Dalam pertemuan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, lima belas delegasi Asosiasi Investor mengajukan empat permintaan, salah satunya agar Indonesia menyelesaikan IEU-CEPA.
Pada permintaan pertama, Asosiasi Investor Tekstil Taiwan meminta pemerintah menyederhanakan proses pembelian lahan untuk industri tekstil.
Menanggapi permintaan tersebut, Airlangga akan langsung membangunnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk memudahkan izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pada permintaan kedua, para investor meminta agar Indonesia mengembangkan industri tekstil yang memenuhi standar lingkungan, sosial dan tata kelola, khususnya yang melibatkan energi hijau.
“Sesuai dengan standar ESG, energi itu ramah lingkungan. Energi hijau bisa berasal dari gas, dari pembangkit listrik tenaga air, dan dari energi surya terapung, semuanya tersedia di Jawa Barat,” ujarnya.
Ketiga, mereka meminta penyesuaian harga gas industri untuk produksi. Airlangga mengatakan investor Taiwan mengeluhkan harga gas industri saat ini yang dinilai terlalu tinggi, yakni lebih dari US$12 per juta British Thermal Unit (MMMBTu).
“Saya bilang kalau harganya $9 per MMBTu, itu rata-rata industri. Jadi kalau melebihi itu, mereka harus sampaikan ke pemerintah, baru pemerintah sebut PGN (PT Perusahaan Gas Negara).” ) atau siapa pun,” jelasnya.
Pada permintaan keempat, investor meminta Indonesia segera menyelesaikan proses negosiasi antara IEU dan CEPA. Hal ini disebabkan adanya insentif pajak impor terhadap produk yang diekspor ke pasar Eropa.
Para investor dari asosiasi ini, lanjut Airlangga, selama ini banyak menanamkan modalnya di China dan Vietnam. Sedangkan Vietnam sendiri memiliki perjanjian EU-CEPA dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
“Karena masalahnya industri TPT saat ini sedikit grogi karena sebagian dari mereka sudah pernah berinvestasi di Bangladesh sebelumnya. Dengan gejolak politik di Bangladesh, mereka mencari tempat lain dan tentunya hanya melihat Vietnam, Indonesia, Thailand, dan Indonesia. ,mereka melihat: “Kita punya pasar internal,” jelas Menko Airlangga.
Dengan empat permintaan tersebut, Airlangga mengatakan pemerintah akan berdiskusi lebih lanjut dengan delegasi Taiwan pada pertemuan berikutnya.
Meski demikian, dia meyakinkan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendorong industri TPT dalam negeri.
“Empat (tuntutan) akan kita dorong karena bukan hanya industri garmen saja. “Kami juga menawarkan ini kepada industri pusat data, dan industri digital baru serta pihak lain semua membutuhkan ini,” tambahnya.
Leave a Reply