Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung pemulihan sumber daya air dan iklim untuk memperkuat ketahanan pangan dan mendukung pencapaian swasembada pangan di Indonesia.
– Kementerian Pertanian mendukung daur ulang air melalui teknologi pertanian cerdas iklim seperti sensor tanah, irigasi tetes, dan pemantauan cuaca satelit, kata Menteri Pertanian Andi Amran Suleiman dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikan Mentan dalam pidatonya pada Simposium Nasional Sumber Daya Air dan Restorasi Iklim untuk Kemandirian Pangan di Bandung yang dibacakan oleh Kepala Badan Standardisasi Alat Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian Fajri Jufri.
Kementerian Pertanian terus mendukung upaya pemulihan sumber daya air dan iklim untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, karena ketersediaan air dan iklim yang stabil merupakan kunci untuk mencapai kemandirian pangan.
“Teknologi ini membantu petani mengambil keputusan yang lebih baik, memberdayakan petani dan memberikan akses informasi iklim yang akurat melalui aplikasi digital,” ujarnya.
Mentan menekankan pentingnya pemulihan sumber daya air dan iklim sebagai solusi untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan.
“Pada tahun 2024, Kementerian Pertanian mencapai beberapa hasil signifikan, terutama dalam pengelolaan air dan perubahan iklim, dengan mengambil keputusan-keputusan inovatif untuk meningkatkan produksi beras secara cepat,” ujarnya.
Disebutkan, terobosan program Perluasan Areal Tanam (PAT) pemompaan, optimalisasi lahan rawa dan tumpang tindih sawah dan sawah di dataran tinggi berhasil meningkatkan produksi padi dalam tiga bulan terakhir.
Data prakiraan BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan produksi beras akan meningkat sebesar 2,84 juta ton pada bulan Agustus, 2,87 juta ton pada bulan September, dan 2,59 juta ton pada bulan Oktober dibandingkan tahun 2023 pada bulan-bulan tersebut, lanjutnya.
Menurut Mentan, hal ini menunjukkan bahwa peran daur ulang air sangat penting untuk mendukung agenda Presiden Prabowo Subianto dalam pidato pertamanya bahwa Indonesia harus segera menuju swasembada pangan secepatnya.
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pertanian bersama Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) dan IPB University menggelar simposium nasional strategi pemulihan air dan iklim untuk mendukung kemandirian pangan Indonesia.
“Berkat kegiatan ini, para peneliti, praktisi dan pemangku kepentingan terkait dapat berdiskusi dan berbagi informasi mengenai tantangan dan solusi dalam memerangi krisis pangan akibat perubahan iklim,” jelasnya.
Untuk mendukung program inti tersebut, Perhimpi Kementerian Pertanian melalui berbagai anggota dari BSIP, Badan Informasi Geospasial dan instansi terkait lainnya menerbitkan SNI 9230:2023 tentang Spesifikasi Informasi Geospasial – Kawasan Indikatif Pembangunan Prasarana Penangkapan Air Pertanian.
Dengan SNI ini, informasi zona indikatif dapat diperoleh dari negara-negara yang memerlukan optimalisasi air dan mempunyai potensi infrastruktur penangkapan air seperti waduk, kolam parit, tampungan jangka panjang, irigasi pompa, perairan dangkal atau lubang bor.
Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan indeks tanaman dalam negeri yang berdampak pada peningkatan produksi beras nasional.
Sejak didirikan 45 tahun lalu, Perhimpi telah berkontribusi dalam berbagai cara untuk mendukung program dan kebijakan pembangunan nasional dalam konteks iklim dan cuaca.
“Perhimpi berperan aktif melalui anggota yang tersebar di berbagai instansi dan lembaga pemerintah maupun swasta di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Perhimpi sekaligus akademisi IPB University Yoni Kosmariona menjelaskan pentingnya upaya intensifikasi dan perluasan lahan pertanian yang harus terus dioptimalkan.
Intensifikasi misalnya pada lahan marginal dilakukan dengan cara pemompaan, laju penipisan lahan terus terjadi sehingga harus dijaga keseimbangannya dengan perluasan atau pencoretan lahan, jelasnya.
Yoni juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Menurutnya, perlu terjalin sinergi yang baik antara pemerintah, peneliti, dan pemerintah daerah. Inovasi perlu terus dilakukan, termasuk pelatihan tenaga pertanian.
“Dalam program Presiden Probov lima tahun ke depan, kita harus bergerak cepat sampai kita mencapai swasembada, dan begitu kita mencapai swasembada, pengalaman itu bisa menjadi modal,” kata Yoni.
Leave a Reply