JAKARTA (ANTARA) – Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa makanan ultra-olahan yang sebelumnya dikaitkan dengan masalah jantung dan gangguan metabolisme juga dapat menyebabkan psoriasis.
Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang menyerang kulit sehingga menyebabkan peradangan merah yang terjadi dan sering menimbulkan sisik, demikian dikutip Medical Daily, Sabtu. Biasanya muncul di kulit kepala, siku, lutut dan punggung.
Makanan yang diproses secara khusus melibatkan penggunaan bahan tambahan, garam, minyak, pengawet dan bahan lainnya untuk meningkatkan umur simpan, penampilan dan rasa makanan.
Contohnya termasuk makanan beku, daging olahan, minuman ringan, sereal manis, keripik kemasan, kue, kue kering, kue kering, dan kue kering.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi makanan olahan secara teratur meningkatkan risiko insomnia, penyakit jantung, kanker, dan kematian dini.
Jenis makanan ini juga dikaitkan dengan obesitas dan risiko penyakit radang usus.
Meskipun pemicu psoriasis yang umum diketahui termasuk stres, obat-obatan tertentu, cedera kulit, infeksi streptokokus, merokok, dan konsumsi alkohol, penelitian terbaru telah meneliti hubungan antara konsumsi makanan olahan tertentu dan terjadinya psoriasis.
Untuk membuktikan hubungan tersebut, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Emilie Sbidian, dokter kulit di Rumah Sakit Henri-Mondor di Créteil, Prancis, menganalisis data lebih dari 18.500 orang di database kesehatan. Diantaranya, 1.825 orang menderita psoriasis, 802 orang tergolong “aktif”.
Konsumsi makanan para partisipan, khususnya konsumsi makanan olahan khusus, dicatat melalui kuesioner.
Analisis tersebut mengungkapkan temuan signifikan bahwa di antara mereka yang menderita psoriasis aktif, 36 persen mengonsumsi tiga makanan olahan ultra setiap hari dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menderita psoriasis.
Hubungan ini tetap signifikan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, dan kondisi kesehatan lainnya.
“Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi tinggi makanan olahan dan psoriasis aktif,” kata para peneliti.
Namun, para peneliti mengingatkan bahwa temuan ini didasarkan pada studi observasional yang hanya menunjukkan korelasi dan tidak dapat membuktikan hubungan sebab akibat antara konsumsi makanan olahan dan psoriasis.
“Penelitian yang lebih besar diperlukan untuk menyelidiki peran konsumsi makanan ultra-olahan dalam perkembangan psoriasis,” tulis para peneliti.
Selain itu, populasi penelitian terdiri dari kelompok sehat dibandingkan dengan populasi umum di Perancis, sehingga temuan ini mungkin tidak sepenuhnya mewakili.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah potensi kesalahan klasifikasi psoriasis, karena data didasarkan pada laporan peserta sendiri.
Leave a Reply